Viral Masuk SD Terlalu Dini hingga Depresi dan Gampang Burnout Saat Dewasa

 Informasiguru_Di Twitter sempat viral postingan kisah masuk sekolah di usia dini dan efeknya ketika dewasa. Unggahan tersebut diposting Alya Faradisa Cholid lewat akun Twitter @alyacholid.

"Saya bisa calistung usia 2,5 tahun. Dimasukin ke SD usia 5 tahun. Tulisan pertama saya dimuat di koran usia 10 tahun. Nulis novel usia 11 tahun. Novel saya diterbitkan usia 12 tahun. Gedenya? Gangguan kecemasan, depresi, dan gampang burnout," tulis @alyacholid.

"Yang penting sehat dan bahagia!! I know it sounds cliche. Tapi kalo bisa balik ke masa lalu, saya pengen ngomong itu ke diri saya. Selama ini saya hidup begitu cepat, kalo saya pelanin langkah atau istirahat malah jadi takut bakal gagal. Sehat dan bahagia nggak pernah jd prioritas," tambahnya.

Bercerita pada detikEdu pada Rabu (17/11/2021), Alya menyebutkan dirinya sudah diikutkan kelas playgroup saat masih 18 bulan untuk menemani sepupunya yang berusia 3 tahun. Alya menilai, tampaknya hal ini menyebabkan dia dapat melakukan baca tulis hitung (calistung) lebih cepat.

"Kata Ayah, dulu kalau jalan-jalan naik mobil, aku tidak bisa diam karena pasti baca tulisan di baliho dan papan reklame," ujar dia.

Setelah playgroup, Alya terdaftar sebagai siswa TK di usia 3 tahun. Pada akhirnya dia pun diminta mengulang kelas TK B karena umurnya terlalu dini untuk masuk SD. Karena merengek ingin masuk SD, Alya dan orang tua pun mendatangi salah satu sekolah di Jakarta Selatan. Pasca mengikuti tes tulis dan wawancara, dia juga lulus.

Sosok yang tengah menggarap film dokumenter berjudul Warisan tersebut mengaku, sebetulnya tidak mahir di seluruh mata pelajaran. Sebab, dirinya memiliki kendala dengan regulasi perhatian. Alya hanya fokus pada mata pelajaran yang disukainya dan hal ini berlanjut hingga dirinya di bangku perguruan tinggi.

Seperti dinyatakan dalam unggahannya, Alya mengalami gangguan kecemasan saat dirinya dewasa. Tetapi, hal ini dia ungkap sudah tampak tanda-tandanya sejak masih kecil. Dia juga mengalami kesulitan berteman, tidak dapat mengidentifikasi emosi, dan sulit menerima kegagalan.

"Sejak awal interaksi sama teman, seingatku di TK. Saat SMP aku mulai sulit menerima kegagalan dan menaruh segala self worth-ku pada produktivitas dan prestasiku," kata Alya.

Kisah Alya mengundang rasa penasaran netizen terkait standar usia masuk sekolah. Ketentuan tersebut sebetulnya sudah ada dalam Permendikbud Nomor 1/2021 tentang penerimaan Peserta Didik Baru pada TK, SD, SMP, SMA, dan SMK.

Syarat usia masuk sekolah

1. Usia Standar Masuk TK

Bab kedua bagian kedua pasal tiga menyebutkan syarat untuk kelompok TK A usia paling rendah adalah 4 tahun dan paling tinggi 5 tahun. Pada kelompok TK B, paling rendah 5 tahun dan paling tinggi 6 tahun.

2. Usia Standar Masuk SD

Pasal empat menyatakan, standar usia calon siswa SD adalah 7 tahun dan paling rendah 6 tahun tanggal 1 Juli tahun berjalan.

Lebih lanjut dijelaskan, calon siswa berusia 7 tahun diprioritaskan. Namun, syarat usia paling rendah bisa mendapat pengecualian menjadi 5 tahun 6 bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan apabila calon peserta didik punya kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis.

Untuk membuktikan kecerdasan atau bakat istimewa tersebut juga diperlukan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Apabila ahli dalam hal ini tidak tersedia, maka dapat dilakukan dewan guru sekolah yang bersangkutan.

3. Usia Standar Masuk SMP

Calon siswa SMP kelas tujuh harus berusia paling tinggi 15 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Pendaftar juga harus sudah menyelesaikan kelas enam SD atau sederajat.

4. Usia Standar Masuk SMA

Umur maksimal calon siswa SMA atau SMK adalah 21 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan. Siswa juga wajib telah menyelesaikan kelas 9 SMP atau sederajat.

Sejumlah syarat usia di atas juga perlu dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan pihak berwenang yang telah dilegalisir oleh lurah/kepala desa/pejabat setempat di area domisili.

Namun, persyaratan usia juga bisa mendapat pengecualian untuk sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, dan berada di wilayah terdepan, tertinggal, terluar (3T).

Selain usia, ada standar lain yang menentukan kesiapan anak masuk sekolah. Hal ini disampaikan dosen Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Alfia Fitriana dalam arsip berita detikcom.

Faktor kesiapan anak masuk sekolah:

1. Development of learning

Perkembangan dalam pembelajaran atau belajar yang fokus pada keterampilan belajar. Ini salah satunya adalah regulasi diri dalam belajar.

2. Development of movement

Faktor ini berkaitan dengan kesiapan fisik. Anak dikatakan siap masuk sekolah jika sudah bisa menyeimbangkan gerakan lengan, lompat, dan mengontrol gerakan fisik.

3. Development of speech

Anak sudah bisa menjalankan bahasa reseptif dan ekspresif. Contohnya adalah, mereka paham saat mendapat arahan melakukan sesuatu dan mengeluarkan respons atas hal tersebut.

4. Development of self

Faktor ini mencakup manajemen diri, kepercayaan diri, dan lainnya yang mendukung kesiapan anak masuk sekolah.

5. Development of hand control

Anak dapat dikatakan sudah bisa masuk sekolah bila memiliki yang termasuk kegiatan motorik.


Sumber : Detik.com

Demikian informasi ini semoga bermanfaat, silahkan simak informasi lainnya dibawah ini.