Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap 33 kali gempa susulan pascagempa berkekuatan 6,2 M di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Namun, pihak BMKG juga mengungkap soal gempa susulan yang tak seperti biasanya.
"Jadi sampai hari ini sudah keluar 33 kali dalam waktu 2 hari, tetapi keluarnya tidak sesering gempa-gempa yang lain, itu yang membuat kami agak anu ya," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melaporkan ke Kepala BNPB Doni Monardo di Posko Utama Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Sulbar, Kota Mamuju, Sabtu (16/1/2021).
Oleh karena itu, sambung Dwikorita, pihaknya terbang dari Jakarta ke Mamuju membawa peralatan yang akan mengukur ke lebih dekat dengan pusat gempa.
"Karena alat-alat sebelumnya terpasang di jaringan nasional," tutur Dwikorita.
Dia menjelaskan gempa bumi pada patahan yang sama di Sulbar juga pernah terjadi pada tahun 1969 dan tahun 1984, di mana pada tahun 1969 berkekuatan 6,9 M mengakibatkan tsunami setinggi 4 meter.
"Kemudian diulang tahun 1984 terjadi lagi gempa di sistem patahan yang sama kekuatannya lebih tinggi, yaitu sekitar 7,1 namun tidak tercatat adanya tsunami," kata dia.
"Nah yang saat ini merupakan sistem yang sama, bagian dari patahan yang sama yang terkait dengan patahan di selat Makassar, nah berdasarkan data-data tersebut dan kekuatannya kami mencoba menghitung energi yang coba dikeluarkan di tahun 69, energi itu perhitungan kami akan dikeluarkan saat ini," sambung Dwikorita.
Dwikorita pun berharap energi gempa yang diprediksi akan dikeluarkan pada saat ini tersebut tersalurkan secara perlahan melalui gempa susulan yang berkali-kali.
"Kalau keluarnya sekali, itu setara dengan 6,9 tadi, tetapi kemarin yang keluar baru 5,9 sudah keluar lagi 6,2. Itu kalau dihitung belum setara dengan yang 6,9 tadi sehingga perhitungan kami masih ada sisa energi yang tersimpan," katanya.
Pengumuman BMKG ini diharapkan dapat membuat warga menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak.
"Sejauh ini BMKG telah memberikan edukasi kepada kita semua bahwa apabila terjadi gempa dengan kekuatan yang cukup besar durasinya lebih dari 10 detik, 20 detik, ini memiliki potensi (tsunami)," kata Kepala BNPB Doni Monardo saat ditemui terpisah.
"Tetapi kepastian akan terjadi kita harus menunggu dari BMKG. Tetapi kita harapkan kepada masyarakat juga tidak perlu harus menunggu informasi dari BMKG manakala durasi waktu yang lama dan kekuatan yang cukup besar. Dan kita juga mengharapkan masyarakat yang memiliki rumah yang beresiko terjadi longsor atau apa, atau jatuh atau ambruk ini kita ingatkan harus lebih hati-hati dan waspada," katanya lagi. [detik.com]