Bismillahirrahmanirrahim,
Sahabat, Jangan sampai kita menganggap semua hal kita dapatkan adalah hasil upaya kita sendiri sehingga kita melupakan campur tangan Allah SWT.
Banyak diantara kita yang merasa dirinya hebat setelah dapat mencapai dan mendapatkan sesuatu hal yang diinginkan dalam hidupnya, padahal keberhasilan yang kita dapatkan adalah bentuk peduli Allah kepada kita sebagai hambanya.
Sebenarnya bukan karena kita yang hebat ketika hajat yang kita punya dapat kita peroleh dengan mudah, tetapi karena Allah yang memudahkan urusan yang kita.
Maka, hati-hatilah dengan hal semacam ini, karena hal ini membuktikan bahwa kita sudah takabbur terhadap diri sendiri dengan secara tidak langsung merasa paling hebat.
Sebab, kehidupan yang kita jalani juga adalah bentuk kemurahan dari Allah, dan begitu pula dengan urusan serta kemudahan yang kita alami juga merupakan kiriman nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah.
Imam ar-Raghib berkata, Al-farah adalah kelapangan dada karena memperoleh kesenangan duniawi yang biasanya bersifat fisik/materi.
Kata farah terbagi menjadi dua bagian, yaitu: yang diperbolehkan dan yang diharamkan/dilarang.
Berbangga yang diperbolehkan: berlapang dada dan ridha atas segala nikmat yang Allah berikan untuk hal-hal yang diridhai Allah. Nikmat ini tidak boleh membuatnya takabur dan sombong serta tidak boleh menjadikannya sebagai tujuan hidup.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).
Ayat tersebut memerintahkan dan memotivasi untuk berbangga (bersenang-senang) serta menjelaskan sikap bangga yang diperbolehkan yaitu senang atas segala karunia dan nikmat-Nya, dan kesenangan ini lebih baik dari dunia dan seisinya.
Akan tetapi di atas kesenangan tersebut kita tidak boleh lupa diri dan terlalu meninggikan diri bahwa kita adalah orang yang terhebat. Sebab tinggi hati dapat merujuk pada kesombongan. Dan Allah tidak menyukai sifat yang sombong
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Dari ketiga firman Allah di atas telah jelas bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang mempunyai sikap sombong serta membanggakan diri dan orang-orang yang sombong mempunyai tempat yang sangat buruk yaitu neraka. Nauzubillahiminzalik