MENGENAL CENDEKIAWAN NUSANTARA : KAJIAN TERHADAP PERANAN PROF. H. M. QURAISH SHIHAB
- Biografi Prof. H. Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944. Ia termasuk ulama dan cendikiawan muslim Indonesia yang dikenal ahli dalam bidang tafsir al-Qur'an.[1]Quraish Shihab di lahirkan dari seorangkeluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab (1905-1986 M)[2], seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir.[3]Beliau adalah tamatan Jami'at al-Khair Jakarta, yaitu sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang ikut meletakkan fondasi modernisme Islam di Indonesia. Jalinan kerjasama lembaga pendidikan ini dengan pusat-pusat keilmuan Islam di Timur Tengah, baik Hadramaut, Haramain, maupun Cairo, membawanya pada posisi penting dalam gerakan Islam di Indonesia.[4]
Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakatSulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang, sebuah perguruan tinggi Islam yang mendorong tumbuhnya Islam moderat di Indonesia. Ia juga tercatat sebagai mantan rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI (1959-1965) dan IAIN (1972-1977).[5]
Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur'an.[6]Ayah baginya bukan hanya seorang ayah namun juga sebagai seorang motivator untuk mendalami studi al-Qur�an, terutama tafsir.[7]
Mengenang ayahnya Muhammad Quraish Shihab menuturkan: "Beliau adalah pencinta ilmu.Walausibuk berdagang, beliau selalu menyempatkan diri untuk berdakwah dan mengajar. Bahkan beliau juga mengajar di masjid. Sebagaian hartanya benar-benar dipergunakan untuk kepentingan ilmu. Beliau menyumbangkan buku-buku bacaan dan membiayai lembaga-lembaga pendidikan Islam di wilayah Sulawesi".[8]
Quraish Shihab merupakan anak ke-5 dari dua belas bersaudara, menurutnya sejak ia berusia kira-kira 6-7 tahun, ia sudah harusmendengarkan ayahnya membaca al-Qur�an, dan bukan hanya mendengarkan ayahnya mengaji saja, namun juga ayahya menjelaskan secara sepintas kisah-kisah yang ada dalam al-Qur�an. Dari sinilah benih kecintaan kepada studi al-Qur'an mulai tumbuh. Dengan latar belakang seperti itu, tak heran jika minat Muhammad Quraish Shihab terhadap studi Islam, khususnya al-Qur'an sebagai area of concern mendapatkan lahan subur untuk tumbuh. Hal ini selanjutnya terlihat dari pendidikan lanjutan yang dipilihnya.[9]
Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujungpandang. Setelah itu ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di kota Malang sambil �nyantri� di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah di kota yang sama. Untuk mendalami studi keislamannya, Quraish Shihab dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 (diusia 14 tahun) dan diterima di kelas dua tsanawiyah. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc (setingkat sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul Al-I'j�z al-Tasyr�'iy li al-Qur'an al-Kar�m (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum).[10]
Sejak di Indonesia minat Muhammad Quraish Shihab adalah studi al- Qur'an. Oleh karena itu, ketika nilai bahasa Arab yang dicapai di tingkat menengah dianggap kurang dan tak diizinkan melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadits Universitas al-Azhar, Muhammad Quraish Shihab bersedia mengulang satu tahun. Padahal dengan nilai yang dicapainya itu, sejumlahjurusan lain di lingkungan al-Azhar bersedia menerimanya. Bahkan menurut penuturannya, dia juga diterima di Universitas Cairo (Darul Ulum). Belakangan Muhammad Quraish Shihab mengakui bahwa pilihannya itu ternyata tepat. Selain merupakan minat pribadi, pilihan untuk mengambil bidang studi al-Qur'an rupanya sejalan dengan besarnya "kebutuhan umat manusia akan al-Qur'an dan penafsiran atasnya."[11]
Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Ujungpandang oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan dari tahun 1974-1980. Di samping menduduki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur (1967-1980), pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental (1973-1975), dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).[12]Meski ia telah diberikan berbagai jabatan dan dengan berbagai kesibukannya itu, semangat Muhammad Quraish Shihab untuk melanjutkan pendidikannya tetap tinggi, karena ayahnya selalu berpesan agar anaknya berhasil mencapai gelar doktor.[13]Oleh karena itu ketika ada kesempatan untuk melanjutkan studi, tepatnya pada tahun 1980, Muhammad Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul "Nazhm al-Durar li al-Biq�'iy, Tahq�q wa Dir�sah," dia berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu al-Qur'an dengan yudisium summa cum laude, disertasi penghargaan tingkat I (mumt�z ma'a martabat al-syaraf al-��la).[14]
Muhammad Quraish Shihab menulis disertainya dengan judul tersebut dikarenakan ia tertarik dengan seorang tokoh yang bernama Ibrahim Ibnu Umar al-Biqa'i, pengarang Tafsir Nazhm al-Durar f� Tan�sub al-�yat wa al-Suwar. Alasannya karena tokoh ini hampir terbunuh gara-gara kitab tafsirnya tersebut. Tokoh tersebut dinilai oleh banyak pakar sebagai ahli tafsir yang berhasil menyusun suatu karya yang sempurna dalam masalah perurutan atau korelasi antar ayat dan surat-surat al-Qur'an. Sementara ahli tafsir bahkan menilai bahwa kitab tafsirnya itu merupakan ensiklopedi dalam bidang keserasian ayat-ayat dan surat-surat al-Qur'an. Melihat dari latar belakang penulisan disertasi di atas, maka sedikit banyak Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an tentunya dipengaruhi oleh tokoh yang dia kaguminya, yaitu Ibrahim Ibnu Umar al-Biqa'i. Oleh karena itu tidak heran jika Tafsir al-Mishbah mempunyai kemiripan dengan Tafsir Nazhm al-Durar f� Tan�sub al-�yat wa al-Suwar.[15]
Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-Qur'an di Program Sl, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998).[16]
Selain itu, diluar kampus, dia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tahun (1985-1998), anggota LajnahPentashhih Al-Qur'an Departemen Agama sejak tahun 1989 sampai sekarang, anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional tahun (1988- 1996).[17]Anggota MPR RI 1982-1987, 1987-2002, anggota Badan Akreditasi Nasional (1994-1998), Direktur Pengkaderan Ulama MUI (1994-1997), anggota Dewan Riset Nasional (1994-1998), anggota Dewan Syari�ah Bank Mu�amalat Indonesia (1992-1999) dan Direktur Pusat Studi al-Qur�an (PSQ) Jakarta. Beliau juga pernah meraih Bintang Maha Putra.
Dia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional antara lain: pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari'ah, pengurus Konsorsium Ilmu- Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang sekarang menjadi Departemen Pendidikan Nasional, Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan disela-sela kesibukannya, dia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiyah di dalam maupun luar negri.[18]Yang tidak kalah pentingnya, Muhammad Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis menulis seperti di surat kabar Pelita. Setiap hari Rabu dia menulis dalam rubrik "Pelita Hati" Dia juga mengasuh rubrik "Tafsir al- Amanah" dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta yaitu majalah Amanah. Selain itu, dia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur'an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta.[19]
Disamping itu juga Muhammad Quraish Shihab tercatat dekat dengan tampuk kekuasaan pada masa Orde Baru. Ketika acara tahlilan dalam rangka memperingati meninggalnya Ibu Tien Soeharto ia ditunjuk menjadi penceramah dan memimpin doa. Melalui relasi inilah membuatnya masuk ke kancah politik praktis. PadaPemilu 1997, ia disebut-sebut menjadi juru kampanye untuk Partai Golkar. Setelah Golkar meraih kemenangan dalam struktur kementrian Kabinet pembangunan VII tercantum nama Muhammad Quraish Shihab sebagai Menteri Agama RI, sehingga dia memegang jabatan rangkap, yaitu sekaligus menjabat rektor UIN Jakarta. Namun tidak lebih dari dua bulan, dia jatuh pada tanggal 21 Mei 1998, sehingga jabatan menteri agama RI tersebut lepas dari tangannya seiring dengan angin reformasi yang melanda Indonesia. Kemudian pada tahun 1999, melalui kebijakan pemerintahan transisional Habibie, Muhammad Quraish Shihab mendapat jabatan baru sebagai duta besar Indonesia untuk Pemerintah Mesir, Jibuti dan Somalia. Dan disinilah dia mulai menulis karya besarnya pada tanggal 18 Juni 1999 dan selesai secara keseluruhan pada tahun 2004.[20]
B. Karya-karya Prof. H. Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab salah seorang intelektual yang produktif dalam dunia keilmuan. Dia banyak menulis, baik berupa buku maupun artikel. di berbagai surat kabar dan majalah, Republika, Pelita, majalah al-Amanah, Ulumul Qur'an, Mimbar Ulama dan sebagainya. Dia juga sibuk melakukan dakwah di masyarakat baik secara perorangan maupun lembaga bahkan di berbagai Media elektronika seperti RCTI, Metro dan setasiun setasiun TV Swasta lainnya. Kemudian hasilnya dicetak menjadi buku sebagai karyanya.
Kesuksesan Muhammad Quraish Shihab dalam kariernya tidak terlepas dari dukungan dan motivasi keluarga, belaian kasih sayang istri tercinta (Fatmawati) yang selalu mendampingi bahtera kehidupan rumah tangganya, demikian pula dengan keempatorang putrinya, Najela Shihab, Najwa Shihab, Nasywa Shihab, Nahla Shihab, dan seorang putranya Ahmad Shihab yang mereka bina, dan kesemuanya turut andil dalam menempuh semangat untuk meraih kesuksesan.[21]
Karya-karyanya diterbitkan dan disebarkan secara luas, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negri tetangga, seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. Diantara karya-karya itu adalah sebagai berikut:[22]
1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang : IAIN Alaudin,1984)
2. Filsafat Hukum Islam (Jakarta : Depag, 1987)
3. Satu Islam Sebuah Dilema, (Bandung : Mizan, 1987)
4. Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI, Unisco, 1990)
5. Tafsir al-Amanah (Jakarta : Pustaka Kartini, 1992)
6. Tafsir al-Qur�an al-Karim atas surat-surat pendek berdasarkan urutan turunnya (Bandung : Pustaka Hidayah,1997)
7. Pengantin al-Qur�an (Jakarta : Lentera Hati, 1999)
8. Sejarah dan Ulumal-Qur�an (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999)
9. Fatwa-Fatwa Seputar al-Qur�an dan Hadis (Bandung : Mizan, 1999)
10.Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung : Mizan, 1999)
11.Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama (Bandung : Mizan, 1999)
12.Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir al-Qur�an (Bandung : Mizan, 1999)
13.Menuju Haji Mabrur (Jakarta : Pustaka, Zaman, 1999)
14.Panduan Puasa Bersama Muhammad Quraish Shihab (Jakarta : Republika, 1999)
15.Mahkota Tuntunan Ilahi; Tafsir Surah al-Fatihah (Jakarta : Untagama,1988) Kemudian dicetak ulang dengan judul �Hidangan Ilahi Ayat-Ayat Tahlil� (Jakarta : Lentera Hati, 1996)
16.Membumikan Al-Qur'an (Bandung : Mizan, 1992)
17.Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung : Mizan, 1994)
18.Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M.Rasyid Ridha (Bandung : Pustaka Hidayah, 1994)
19.Untaian Permata Buat Anakku ; Pesan al-Qur'an untuk mempelai (Bandung : al-Bayan, 1995)
20.Wawasan al-Qur'an (Bandung : Mizan, 1996)
21.Mukjizat Al-Qur'an (Bandung : Mizan, 1997)
22.Sahur Bersama Muhammad Quraish Shihab di RCTI (Bandung : Mizan 1997)
23.Haji Bersama Muhammad Quraish Shihab (Bandung : Mizan, 1998)
24.Menyingkap Tabir Ilahi (Asma al-Husna dalam Perspektif al- Qur'an) (Jakarta : Lentera Hati, 1998)
25.Mahkota Tuntunan Ilahi; Tafsir Surah al-Fatihah (Jakarta : Untagama, 1998)
26.Fatwa Fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Bandung : Mizan, 1999)
27.Secercah Cahaya Ilahi : Hidup Bersama al-Qur'an (Bandung : Mizan, 1999)
28.Yang Tersembunyi : Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat (Jakarta : Lentera Hati, 1999)
29.Tafsir al-Mishbah (Jakarta : Lentera Hati, 2000)
30.Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat ayat Tahlil (Jakarta : Lentera Hati, 2001)
31.Menjemput Maut (Jakarta : Lentera Hati, 2002)
32.Mistik Seks dan Ibadah (Jakarta : Republika, 2004)
33.Jilbab Pakaian Wanita Muslimah (Jakarta : Lentera Hati, 2004)
34.Dia Dimana Mana (Jakarta : Lentera Hati, 2004)
35.Perempuan (Jakarta : Lentera Hati, 2005)
36.40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta : Lentera Hati, 2005)
37.Logika Agama (Jakarta : Lentera Hati, 2005)
C. Corak Pemikiran Prof. H. Muhammad Quraish Shihab
Ditinjau dari latarbelakang riwayat hidupnya, H.M.Quraish Shihab sangat dekat dengan aktivitaspendidikan dan dakwah, bahkan sebagai pemikir dan praktisi pendidikan, juga banyak mengisi siraman rohani, terutama di bulan Ramadhan dengan materi kajian al-Qur'an melalui Tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Misbah. Kepiawayan Quraish Shihab dalam bidang tafsir di samping pendidikannya spesialisasi dibidang tafsir juga hal ini, misalnya, dapatdilihat dari ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986) yang tercatat sebagai seorang ulama dan guru besar. Secara formal, selain menjadi dosen bidang tafsir dan bidang ilmu-ilmu keislaman lainnya, dia juga konsen dengan manajemen proses-proses pendidikan. Keseriusannya dalam bidang tersebut terbukti dengan kenyataan bahwa dia pernah diberi amanat untuk menjadi Rektor IAIN Alauddin. Selain itu, Abdurrahman Shihab juga termasuk salah satu pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah universitas swasta terkemuka di Sulawesi Selatan. Sedangkan secara informal, Abdurrahman Shihab juga seringkali berdakwah, menyampaikan siraman rohani di masjid-masjid. Selanjutnya Quraish Shihab sendiri juga banyak berkiprah dalam bidang pendidikan. Sejak tahun 1984 hingga sekarang, Quraish Shihab tercatat sebagai seorang Guru Besar pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia juga pernah memangku jabatan sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Sebelum itu, sejak 1989 ia tercatat sebagai Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional. Dari latar belakang riwayat hidupnya ini, terlihat bahwa Quraish Shihab aktif dalam kegiatan pendidikan.[23]
Demikian pulabila dilihat dari segi keahliannya, H.M.Quraish Shihab tercatat sebagai ahli tafsir al-Qur�an yang amat disegani, dan penulis yang amat produktif. Di antara karya tulisnya itu adalah Membumikan al-Qur'an Fungsi dan Peran Wahyu yang berisi topik-topik bahasan: bukti kebenaran al-Qur'an, sejarah perkembangan tafsir, ilmu tafsir dan problematikanya, gagasan al-Quran tentang pembudayaannya, agama dan problematikanya, Islam dan cita-cita sosial, Islam dan perubahan masyarakat, keluarga tiang agama, kualitas pribadi Muslim, Islam dan pembangunan, Konsep pendidikan dalam al-Qur'an, Islam dan tujuan ibadah, Islam dan peran ulama. Selanjutnya karya Quraish Shihab adalah Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudlu'i atas Pelbagai Persoalan Umat. Buku ini memuat topik pembahasan tentang: al-Qur'an, Tuhan, Nabi Muhammad Saw., takdir, kematian, hari akhirat, keadilan dan kesejahteraan, makanan, pakaian, kesehatan, pernikahan, syukur, halal bihalal, akhlak, manusia, perempuan, masyarakat, umat, kebangsaan, ahl al-kitab, agama, seni, ekonomi, politik, ilmu dan teknologi, kemiskinan, masjid, musyawarah, ukhuwah, jihad, puasa, lailatul qadar, dan waktu. Dalam seluruh topik kajian yang dibahas tersebut H.M. Quraish Shihab tidak berhenti hanya pada tataran fakta-fakta akademik belaka, melainkan melalui topik-topik tersebut H.M. Quraish Shihab ingin menyampaikan pesan moral dan pendidikan kepada umat. Oleh sebab itu, pada setiap topik kajian yang dikemukakan ia selalu mengemukakan nilai-nilai edukatif yang terdapat di dalamnya.[24]
Dari sejumlah topik kajian tersebut, terdapat tiga topik kajian yang secara langsung berhubungan dengan pendidikan, yaitu topik tentang konsep pendidikan dalam al-Qur'an, ilmu pengetahuan dan teknologi serta akhlak. Sedangkan topik-topik lainnya memiliki hubungan secara tidak langsung dengan pendidikan. Dalam topik kajiantentang konsep pendidikan dalam al-Qur'an tersebut, H.M.Quraish Shihab mencoba menjelaskan pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum (mated) pendidikan, metode pendidikan, dan sifat pendidikan Islam.[25]
Ditilik dari segi sifat dan coraknya, pemikiran dan gagasan H.M. Quraish Shihab tentang pendidikan bertolak dari keahliannya dalam bidang tafsir al-Quran yang berdasar pada perpaduan pemikiran masa lalu dengan pemikiran modern. la tampak berpegang pada kaidah yang umumnya dianut ulama yaitu: al-muhafazah ala al-qadim al-shahih wa alakhzu bi al-jadid al-ashlah (Memelihara tradisi lama yang masih relevan dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Dengan kata lain, H.M. Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang memiliki pandangan tentang pendidikan. Konsep dan gagasannya tentang pendidikan tersebut sejalan dengan pandangan al-Qur'an yang menjadi bidang keahliannya.[26]
Pemikiran H.M.Quraish Shihab dalam bidang pendidikan tersebut tampak sangat dipengaruhioleh keahliannya dalam bidang tafsir Al- Qur'an yang dipadukan dengan penguasaannya yang mendalam terhadap berbagai ilmu lainnya baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia. Dengandemikian, ia telah berhasil membumikan gagasan Al-Qur'an tentang pendidikan dalam arti yang sesungguhnya, yakni sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia.[27]
Pemikiran dan gagasan H.M. Quraish Shihab tersebut telah pula menunjukkan dengan jelas bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang memiliki implikasi terhadap munculnya konsep pendidikan menurut Al-Qur'an yang pada gilirannya dapatmenjadi salah satu bidang kajian yang cukup menarik. Upaya ini perlu dilakukan mengingat bahwa di dalam pemikiran H.M. Quraish Shihab tersebut mengisyaratkan perlunya melakukan studi secara lebih mendalam tentang pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an.[28]
DAFTAR PUSTAKA
Anshori. 2006. Disertasi : Penafsiran Ayat-Ayat Gender dalam Tafsir al-Misbah. Jakarta : Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Istianah. 2002. Tesis : Metodologi Muhammad Quraish Shihab Dalam Menafsirkan al-Qur�an. Jakarta : Program Pascasarjana Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta
Shihab, Muhammad Quraish. 1992. Membumikan al-Qur'an. Bandung : Mizan
Thoharoh, Dewi. 2010. Skripsi : Startegi Dakwah M. Quraish Shihab dalam Buku �Membumikan al-Qur�an�. Semarang : IAIN Walisongo Semarang
[1] Dewi Thoharoh, Skripsi : Startegi Dakwah M. Quraish Shihab dalam Buku �Membumikan al-Qur�an�, 2010, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, hlm. 47
[2] Anshori, Disertasi : Penafsiran Ayat-Ayat Gender dalam Tafsir al-Misbah, 2006, Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, hlm. 53
[3] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 47
[4] Anshori, Op.cit., hlm. 53
[5] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 47
[6] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 47
[7] Anshori, Op.cit., hlm. 54
[8] Ibid., hlm. 54
[9] Ibid, hlm. 54-55
[10] Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, 1992, Mizan, Bandung, hlm. 6
[11] Anshori, Op.cit., hlm. 57
[12] Dewi Thoharoh, Op.cit.,hlm. 48-49
[13] Anshori, Op.cit., hlm. 57
[14] Muhammad Quraish Shihab, Op.cit., hlm. 6
[15] Anshori, Op.cit., hlm. 58
[16] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 49
[17] Muhammad Quraish Shihab, Op.cit., hlm. 6
[18] Ibid,hlm. 7
[19] Ibid, hlm. 7
[20] Istianah, Tesis : Metodologi Muhammad Quraish Shihab Dalam Menafsirkan al-Qur�an, 2002, Program Pascasarjana Jurusan Tafsir Hadis UIN Jakarta, Jakarta, hlm. 19
[21] Istianah, Op.cit., hlm. 20
[22] Anshori, Op.cit., hlm. 63-80
[23] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm 51-52
[24] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 53
[25] Ibid, hlm. 54
[26] Ibid, hlm. 54
[27] Ibid, hlm. 54-55
[28] Dewi Thoharoh, Op.cit., hlm. 55