BEDAH KISI KISI UJI KOMPETENSI GURU SD TAHUN 2012
Oleh :
SRI HENDRAWATI, M.Pd*
*) Guru SDN Cihaurgeulis 2 Bandung
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
No | Indikator | Penjelasan |
1 | Menganalisis karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD | Bahasa dapat berbentuk lisan atau tulisan dengan mempergunakan tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau digital), bunyi, sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (words) atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing, picture), gerak-gerik (gestures) dan mimik serta bentuk-�bentuk simbol ekspresif lainnya. a) Indikator Perkembangan Bahasa Indikator perkembangan bahasa antara lain: jumlah perbendaharaan kata (vocabulary), jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar atau lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersifat ekspresif. Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah perbendaharaan kata-kata (vocabulary); usia sekitar 3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 kata dan pada usia sekitar 6-7 tahun mencapai 2.500 kata, bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut (Lefrancois, 1975: 186; Crow &- Crow, 1956: 65). Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainva keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun, ia dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng fantasi; usia 10-12 gemar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat para pahlawan, dan sebagainya). b) Proses Perkembangan Bahasa Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (Lefrancois, 1975). Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan yang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan merabanya, lalu bicara monolog (pada dirinya atau benda mainannya), haus nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab); membuat kalimat sederhana (satu, dua atau tiga kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan). |
2 | Memilih materi ajar aspek membaca di kelas rendah SD. | Materi ajar membaca bagi siswa kelas redah diawali dengan teknik membaca nyaring, yang diistilahkan dengan pengajaran membaca permulaan. Fokus dari membaca permulaan adalah siswa mampu memindai lambing-lambang nahasa tulis dengan pelafalan memindai dan memaknai lambing-lambang bahasa tulis. Membaca permulaan merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu (1) kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis; (b) penguasaan kosakata; dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa (Vernon dalam Akhmad Slamet: 1988). KD Membaca Kelas 1 semester 1:
KD Membaca Kelas 1 semester 2
KD Membaca Kelas 2 Semester 1
KD Membaca Kelas 2 Semester 2
KD Membaca Kelas 3 Semester 1
KD Membaca Kelas 3 Semester 2
|
3 | Memilih materi ajar aspek menulis di kelas tinggi SD. | Menurut Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Pada kelas tinggi, materi ajar aspek menulis diarahkan untuk membentuk kemampuan komunikasi tulis. Keterpaduan aspek pengetahuan (schemata) dengan asfek kebahasaan diolah melalui mekanisme psikofisik dan strategi produktif untuk menghasilkan tulisan yang sesuai dengan konteks. Strategi produktif dalam hal ini adalah kemampuan mental untuk mengimplementasikan kebahasaan dengan pengetahuan tentang dunia (schemata) dalam kontek penggunaan bahasa (tulis). KD Menulis Kelas 4 semester 1
KD Menulis Kelas 4 semester 2
KD Menulis Kelas 5 semester 1
KD Menulis Kelas 5 semester 2
KD Menulis Kelas 6 semester 1
KD Menulis Kelas 6 semester 2
|
4 | Memilih berbagai metode pembelajaran menulis permulaan | Metode Pembelajaran Menulis a. Metode Langsung Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Metode tersebut didasari anggapan bahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan. b. Metode Komunikatif Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan kongkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diusahakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistik. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan atau peta juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil. Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok. c. Metode Integratif Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. d. Metode Tematik Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. e. Metode Konstruktivistik Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstuktivistik dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). f. Metode Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardina, 2001). Pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan mempermudah dalam pembelajaran menulis. Anak dimotivasi agar mampu menulis. |
5 | Merancang berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berpikir siswa. | Tujuan Menulis adalah sebagai berikut. a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini. b. Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna. c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional. d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan �ringan� yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas. Jenis-jenis menulis: Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan jenis karangannya yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, argumentasi dan persuasi. Beberapa rancangan kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berfikir siswa, adalah : 1. Model pembelajaran Citra 1 (Cari Ide Tulisan Tanpa Ragu) Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. 2. Model pembelajaran Citra 2 Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan suatu tofik dalam table. 3. Model pembelajaran Citra 3 Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan suatu tofik dalam diagram 4. Model pembelajaran citra 4 Model ini ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan tanggapan (repons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau suatu hal 5. Model pembelajaran citra 5 Ditujukan untukmeningkatkan keterampilan siswa menulis sebuah tofik dalam paragraph. 6. Model pembelajaran menulis proses Difokuskan untuk pembelajaran menulis informal. |
6 | Memperjelas perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. | Penilaian dalam Bahasa Indonesia Dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan Sastra perlu memperhatikan, beberapa hal : 1. Ranah kognitif - Faktor ingatan - Faktor pemahaman - Faktor penerapan - Faktor analisis - Faktor sintesis - Faktor penilaian 2. Ranah afektif Ada dua hal yang perlu dinilai dalam ranah afektif yaitu kompetensi afektif dan kompetensi sikaf serta minat siswa terhadap proses pembelajaran dan mata pelajaran 3. Ranah psikomotor Dalam ranah ini aspek yang dinilai melipui gerakan awal dan gerakan rutin, yang meliputi : a) Kemampuan siswa menggerakan anggota badan b) Kemampuan siswa menggerakan semi rutin, yaitu kemampuan menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan c) Kemampuangerakan rutin, yaitu kemampuan menggerakan seluruh anggota badan menyeluruh dengan sempurnah dan sampai pada tingkatan otomatis. |
7 | Merumuskan hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca, dan menulis | 1. Membaca a. Pengertian membeca Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. b. Tujuan membaca Ada beberapa tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan, 1985:9�10). �(1) menemukan detail atau fakta, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan urutan atau organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7) membandingkan atau mempertentangkan�. Selanjutnya, Nurhadi (1989:11) menyebutkaan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu: a. Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik. b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alatalat rumah tangga). c. Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki. d. Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis. e. Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia. f. Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah, laporan). g. Memperoleh kesenangan atau hiburan. c. Jenis-jenis membaca Menurut Tarigan (1985:11�13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa d. Manfaat membaca adalah untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan dan diminati 2. Menulis Pengetian menulis Menurut Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekpreikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Tujuan menulis a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwatermasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agakhalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman bartentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini. b. Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembadapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yadikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembadengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penumampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna. c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalumembaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terusbertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akamenentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpemisalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargapendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional. d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, buka monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan �ringan� yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas. Jenis-jenis menulis Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Di berikut ini akan dijelaskan satu persatu. Manfaat menulis Dapat menyampaikan ide, gagasan, saran, motivasi, bujukan dan sebagainya kepada orang lain secara luas dan langsung. Teknik Membaca: � SQ3R(Survey, Question, Read, Recite (Recall), dan Review) � Skimming (mengambil intisari bacaan) � Scanning (langsung ke sasaran) |
8 | Merumuskan hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca, dan menulis | Jenis-jenis membaca Menurut Tarigan (1984:11) Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan b). membaca dalam hati. Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif dan 2). membaca intensif. Membaca Ekstensif, terdiri atas : membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal. Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa. Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide. Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra. a. Membaca Nyaring Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. b. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat. c. Membaca Intensif Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra. 1) Membaca Pemahaman Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah: (a) memiliki kosa kata yang banyak; (b) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana; (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang; (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian; (e) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996). 2) Membaca Kritis Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini. (1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan (a) mengenali ide pokok paragraf; (b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya; (c) menyatakan kembali ide pokok paragraf; (d) menyatakan kembali fakta bacaan; (e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll. (2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan: (a) menafsirkan ide pokok paragraf; (b) menafsirkan gagasan utama bacaan; (c) membedakan fakta/detail bacaan; (d) menafsirkan ide-ide penunjang; (e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat; (f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan. (3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan; (b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis; (c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi. (4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan: (a) memeriksa gagasan utama bacaan; (b) memeriksa detail/fakta penunjang; (c) mengklasifikasikan fakta-fakta; (d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan; (e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan. (5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan: (a) membuat simpulan bacaan; (b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan; (c) menentukan tema bacaan; (d) menyusun kerangka bacaan; (e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan; (f) membuat ringkasan. (6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan: (a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan; (b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini; (c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang; (d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan; (e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat; (f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya. d. Membaca Cepat |
9-10 | Menemukan isi atau pesan pokok wacana lisan monolog dan dialog dalam kehidupan sehari-hari, seperti berita, pidato. | Biasanya soal benbentuk, penggalan isi berita atau pidato, dan kita dihadapkan pada pilihan isi atau pesan dari penggalan pidato tersebut. |
11-12 | Menemukan isi atau pesan pokok dalam wacana naratif seperti cerita rakyat, puisi. | Bentuk soal, menyajikan penggalan cerita rakyat, atau puisi kemudian kita dihadapkan pada pilihan menentukan isi atau pesan dari penggelan cerita atau puisi tersebut. |
13 | Membandingkan berbagai jenis wacana bahasa Indonesia (deskripsi dan narasi,). | Jenis-jenis karangan: a. Eksposisi Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. b. Deskripsi Deskrisi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat �melihat� apa yang dilihatnya, dapat �mendengar� apa yang didengarnya, �merasakan� apa yang dirasakanya, serta sampai kepada �kesimpulan� yang sama dengannnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata (Marahimin. 1993.46) c. Narasi (kisahan) Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik (Pusat Bahasa. 2003.46). d. Argumentasi Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran (Pusat Bahasa. 2001. 45). e. Persuasi Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa. |
14 | Menyusun berbagai bentuk/jenis tulisan surat. | Dalam berkomunikasi, manusia saling memberikan informasi. Pemberian informasi oleh manusia dilakukan dengan dua cara, yaitu secara lisan maupun tulisan. Informasi secara lisan terjadi jika si pemberi informasi saling berhadapan baik langsung maupun tidak langsung. Proses komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara berbicara melalui telepon, radio, televisi, dan sebagainya. Namun jika tidak dapat berhadapan komunikasi dapat dilakukan melalui surat. Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi dari satu pihak (orang, instansi, atau organisasi) kepada pihak lain (orang, instansi, atau organisasi). Format Surat Sebagai sarana tertulis, surat memiliki format penulisan, terutama surat resmi atau dinas. Dengan adanya format surat, penulisan surat menjadi teratur, bagian-bagian surat tidak ditulis sembarang melainkan ditempatkan sesuai ketentuan. Bentuk penulisan surat atau format surat yang lazim dipergunakan ada 5 bentuk, yaitu :
Bentuk setengah lurus atau semiblock style terdapat dua jenis, yaitu bentuk Indonesia lama (versi a) dan bentuk Indonesia baru (versi b). Berdasarkan pengamatan dalam pemakaian bentuk surat, surat-surat resmi Indonesia lama banyak menggunakan format versi a, sedangkan surat-surat resmi Indonesia baru menggunakan format versi b. Dalam kaitan dengan format surat, Pusat Bahasa dalam kegiatan surat-menyurat sehari-hari melazimkan format setengah lurus versi b. Dan, Pusat Bahasa menganjurkan kepada masyarakat, melalui penyuluhan bahasa Indonesia di berbagai instansi, penyuluhan bahasa Indonesia melalui telepon atau melalui surat, untuk menggunakan format setengah lurus b karena ini dianggap lebih efisien dan lebih menarik. Jenis-jenis Surat 1. Surat Pribadi Surat pribadi adalah surat yang dipergunakan untuk kepentingan pribadi. Isi surat berhubungan dengan urusan pribadi. Contohnya surat seorang anak kepada orang tuanya atau surat kepada teman. Ciri-ciri surat pribadi seperti berikut.
2. Surat Resmi Surat resmi ialah surat yang dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat resmi, baik yang ditulis dari perseorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi. Contohnya: surat undangan, surat pemberitahuan, dan surat edaran. Ciri-ciri surat resmi, seperti berikut.
3. Surat DinasSurat dinas ialah surat yang dipergunakan untuk kepentingan pekerjaan, tugas dari kantor, atau kegiatan dinas. Surat ini berasal dari instansi atau lembaga baik swasta maupun negeri. Contoh: surat tugas, surat perintah, memorandum, dan surat keputusan. Surat dinas yang berifat perseorangan ialah surat lamaran pekerjaan, surat permohonan izin, dan surat permohonan cuti. Ciri-ciri surat dinas, seperti berikut.
Penggunaan Bahasa dalam Surat Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan bahasa di dalam surat bergantung pada jenis pemakaian surat dan tujuan surat. Untuk surat pribadi, penggunaan bahasa bersifat subjektif, bergantung pada keinginan si penulisnya dan kepada siapa surat ditujukan. Menulis surat untuk orang tua tentu akan menggunakan bahasa lebih formal dan santun, berbeda dengan menulis surat untuk teman atau sahabat. Begitu pula dengan surat pribadi yang bersifat resmi seperti surat lamaran pekerjaan, surat permohonan izin, dan cuti. Meskipun bersifat pribadi, tapi karena ditujukan kepada sebuah instansi atau perusahaan tentu penulis harus menggunakan bahasa yang resmi dan formal. Lain halnya dengan surat resmi dan surat dinas, penggunaan bahasa cenderung menggunakan kosakata baku dan struktur kalimat yang lengkap. Hal ini disebabkan karena surat resmi dan surat dinas dipergunakan untuk tujuan atau fungsi-fungsi yang bersifat resmi atau kedinasan. Surat Lamaran PekerjaanSurat lamaran pekerjaan dapat ditulis tangan atau diketik. Adakalanya suatu perusahaan atau instansi tertentu mensyaratkan secara khusus agar surat lamaran yang dikirimkan pelamar ditulis tangan atau diketik. Kalaupun surat lamaran pekerjaan akan ditulis tangan, tulisan tersebut hendaknya jelas, mudah dibaca, dan rapi. Surat yang ditulis seperti itu akan memudahkan orang yang membacanya. Bagian surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
Penulis surat lamaran surat lamaran hendaknya mematuhi rambu-rambu berikut ini.
Selain itu, bahasa surat lamaran pekerjaan harus memenuhi aturan sebagai berikut.
Surat lamaran pekerjaan dapat dibuat setelah calon pelamar mendapat informasi adanya lowongan pekerjaan di perusahaan atau instansi tertentu. Informasi itu dapat diperoleh, baik melalui media massa atau media audio visual. Selain itu, ada juga surat lamaran pekerjaan yang dibuat atas inisiatif dari calon pelamar sendiri. Surat UndanganUndangan berasal dari kata dasar �undang� dan akhiran �an�. Undang berarti panggil. Mengundang berarti memanggil atau mempersilakan datang. Undangan adalah kata benda yang berarti orang yang dipanggil atau dipersilakan datang untuk hadir pada waktu, hari, tanggal, tempat yang sudah ditetapkan dalam undangan. Surat undangan merupakan suatu penghormatan kepada orang yang diundang. Bentuk dan susunan surat undangan hendaknya disusun semenarik mungkin, jelas isinya dan dikirimkan tepat waktu agar yang diundang dapat mempersiapkan untuk memenuhi undangan tersebut. Dengan demikian, surat undangan adalah surat pemberitahuan akan adanya suatu acara/kegiatan pertemuan, upacara dengan harapan agar penerima undangan dapat hadir pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan. 1. Bagian-Bagian Surat Undangana. Kepala Surat
b. Isi Surat
c. Penutup/Kaki Surat
|
15 | Mendeskripsikan unsure-unsur makalah | Makalah adalah suatu karya tulis ilmiah menenai suatu permasalahan atau suatu topik tertentu. Langkah awal pembuatan contoh makalah adalah sbb : 1. Memilih Topik 2. Tentukan Tujuan 3. Tuliskan Minat Anda 4. Evaluasi Potensial Topik 5. Membuat Outline 6. Menuliskan Tubuh Esai Tips membuat makalah dari kumpulan contoh makalah hampir sama dgn contoh proposal ditinjau dari segi penulisan: Buatlah tulisan yg jelas, lengkap, ringkas, nyata, konstruktif, bersahabat, dan akurat. Dan berikut struktur makalah : 1. Kata Pengantar 2. Daftar Isi 3. Pendahuluan 4. Landasan Teori 5. Pembahasan 6. Kesimpulan 7. Daftar Pustaka |
16 | Menganalisis unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra | Unsur intrinsik � Tema (Gagasan utama penulis yang dituangkan dalam karangannya) � Amanat (Pesan moral yang ingin disampaikan penulis melalui karangannya) � Feeling (Perasaan/sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisi) � Nada (sikap penyair terhadap pembaca) � Citraan (Cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu) � Gaya bahasa (Cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik atau sekaligus kedua-duanya bertambah) |
17 | Menganalisis unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra | Unsur intrinsik prosa: 1) Tema Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. 2) Alur Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagaian pengenalan. Ada pula yang diawali dengan pengungkapan peristiwa, lalu pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak konflik. 3) Penokohan Penokohan yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik, (b) dramatik, dan (c) kontekstual. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui penggambaran (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial. Latar berkaitan erat dengan tokoh dan alur. 3) Latar Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. 4) Sudut pandang Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam: a) berperan langsung, sebagai orang pertama, dan b) berperan sebagai pengamat atau orang ketiga 5) Amanat Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Unsur Ekstrinsik: Unsur ekstrinsik prosa adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra, seperti faktor pendidikan pengarang, faktor kesejarahan, dan faktor sosial budaya. |
18 | Menyusun langkah-langkah membuat parafrase puisi ke prosa. | Ada tiga aspek yang perlu dipahami untuk mengerti hakikat puisi, yakni: 1) fungsi estetik; 2) kepadatan; dan 3) ekspresi tidak langsung. Apresiasi puisi dengan teknik parafrase a. Membaca puisi berulang kali b. Melakukan pemenggalan dengan membubuhkan tanda-tanda berikut 1. Garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma. 2. Dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau pengertian kalimat sudah tercapai. c. Melakukan parafrase dengan menyisipkan atau menambahkan kata-kata yang dapat emperjelas maksud kalimat dalam puisi. d. Menentukan makna kata/ kalimat yang konotatif (jika ada). e. Menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa |
19 | Menilai prosa | Prosa adalah karya sastra yang dibangun oleh paragraf demi paragraf yang di dalamnya menguraikan suatu bahasan atau peristiwa. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta, ide, atau cerita. Secara umum, prosa terbagi ke dalam dua jenis, yakni nonsastra dan prosa sastra. Yang termasuk ke dalam prosa nonsastra adalah karangan-karangan yang biasa disebut dengan karangan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, atau artikel. Adapun prosa sastra itu sendiri terbagi lagi ke dalam dua jenis, yakni prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerpen, dan novel. Prosa nonfiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai. Ada tiga cara penilaian karya prosa, yaitu : a) Teknik penyekoran holistic ( Penilaian berdasarkan kesan secara keseluruhan dari sebuah karya sastra. b) Teknik penyekoran analitik ( Penyekoran berdasarkan pada komponen-komponen pembentuk karya prosa dengan melakukan penghitungan secara rici, meliputi; judul, gagasan, dll) c) Teknik penyekoran terhadap unsur-unsur yang diutamakan (Teknik penilaian keseluruhan karya prosa yang diutmakan pada unsure-unsur utama pembentuk karangan, misalkan komponen struktur, kosa kata, gaya, isi, atau organisasi. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Perincian kategori dalam setiap karangan dapat berbeda-beda variasinya. Kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi: 1) tema 2) kualitas dan ruang lingkup isi; 3) organisasi dan penyajian isi 4) gaya dan bentuk bahasa; 5) mekanik: tatabahasa, ejaan, tanda baca, kerapihan dan kebersihan tulisan; 6) Respons efektif guru terhadap karya tulis. CONTOH: 1. Jenis tagihan : uraian dan portofolio 2. Prosedur : tes proses dan tes akhir. 3. Instrumen a. Lembar soal b. Format penilaian Cara menilai prosa: � Kesesuaian tema � Daya tarik isi cerita � Keutuhan pengembangan � Ketepatan pilihan kata. � Ketepatan ejaan |
20 | Mengapresiasi drama. | Karya sastra pada umumnya menceritakan kenyataan hidup dalam bentuk artistik sehingga kehadirannya mempunyai arti tersendiri bagi si pembaca atau si penikmatnya. Bahasa ekspresif yang paling kompleks yang diolah dengan penuh estetika merupakan alat untuk menghadirkan kenyataan hidup tersebut ke dalam karya sastra. Menurut Hardjana (1981:25), "Sebuah karya sastra ... merupakan suatu kebulatan yang utuh, khas, dan berdiri sendiri. Merupakan satu dunia keindahan dalam ujud bahasa yang dari dirinya telah dipenuhi dengan kehidupan dan realitas". Dengan demikian karya sastra mengajak manusia merasakan kebenaran dan kenyataan kehidupan dengas segala eksistensinya. Dalam proses memahaminya dituntut suatu proses daya tanggap dan kejiwaan. Pada sisi lain, Semi (1984: 2) berpendapat, "Sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya". Menyikapi pendapat-pendapat pakar sastra tersebut, patut kiranya bila masalah kehidupan yang telah tertuang dalam karya sastra itu selalu kita telaah dan kita jadikan kajian yang seharusnya tidak membosankan. Drama sebagai karya sastra tidak terlepas dari pembicaraan di atas. Dalam drama, masalah kehidupan dan kemanusiaan yang dikemukakan biasanya tidaklah terlepas dari aspek-aspek sosial masyarakat dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya. Drama juga menyajikan aspek-aspek perilaku manusia terhadap jenisnya dalam kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya masalah perasaan sayang, cinta, benci, dendam, ketulusan, kesetiaan, kesucian, dan lain-lain. Menurut Semi (1984:145), "drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama dilakonkan oleh manusia. Drama tidak dapat mempertunjukkan tentang peristiwa kehidupan singa dihutan belantara, tentang malaikat di sorga, atau kehidupan dibawah permukaan laut". Karena drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat. Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya kemudian menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik. Hal ini merupakan salah satu fungsi dan peranan drama, di samping ada juga masyarakat tertentu yang menganggap drama sebagai milik sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya sastra. Sebenarnya tidaklah demikian. Karya sastra dalam bentuk apapun hendaknya dirasakan sebagai milik masyarakat. Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada didalamnya dapat dipahami dan dipedomani. Konsep Dasar tentang Drama Berbicara masalah drama, kita akan dihadapkan kepada dua pemikiran. Pada satu segi kita teringat kepada jenis pertunjukan yang mengasyikkan atau menjemukan. Pada segi lain kita berpikir tentang sebuah naskah yang dikarang atau ditulis dalam bentuk dialog-dialog (merupakan karya sastra). Kerangka pemikiran kita yang seperti ini dapat dijelaskan dalam suatu konsep pikiran yang jelas dan utuh sehingga kita dapat memahami mana yang dikatakan drama sebagai pemikiran yang pertama dan mana yang pemikiran kedua. Maksudnya di sini adalah, kita sanggup membedakan antara kedua pemikiran di atas dan dapat melihat hubungan antara keduanya. Menurut Tarigan (1984:73), ada dua pengertian drama, yaitu: (1) drama sebagai text play atau reportair, dan (2) drama sebagai theatre atau performance. Hubungan keduanya sangat erat. Dengan kata lain: setiap lakon atau pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan dipentaskan. Sebaliknya tidaklah otomatis setiap naskah merupakan teater, sebab ada saja kemungkinan naskah yang seperti itu hanyalah berfungsi sebagai bahan bacaan saja, bukan untuk pertunjukan. Jadi, ada naskah yang dapat dipentaskan dan ada yang tidak, misalnya drama "Awal dan Mira" karya Utuy Tatang Sontani. Drama ini sulit untuk dipentaskan tetapi enak untuk dibaca (lihat Rosidi, 1982:114). Memahami penjelasan diatas, dapat diambil suatu perbedaan nyata dari keduanya. Perbedaan itu adalah:
Berdasarkan hal di atas, antara keduanya harus dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan naskah drama itu bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan. Teori-teori dari beberapa orang ahlipun memperlihatkan bahwa pembahasan aspek-aspek drama dalam dua pengertian drama di atas berbeda. Aspek yang dibahas atau materi utama pada text-play adalah: a) premis (tema), b) watak, dan c) plot, sedangkan pada pementasan adalah: a) naskah, b) pelaku, c) pentas, d) perlengkapan pentas, e) tata busana (pakaian), f) tata rias, g) cahaya, h) dekorasi, dan i) musik (bandingkan dengan Syam, 1984:17). Rumusan tentang perbedaan kedua pemikiran di atas dapat juga dibandingkan dengan pendapat Martoko (1984:158) yaitu dalam pembatasannya tentang pengertian pementasan. Ia menyatakan "pementasan itu merupakan sebuah sintesa dan mengimbau pada beberapa indera sekaligus". Mengapresiasi Drama sebagai Karya Sastra Seperti halnya puisi dan prosa, drama sebagai karya sastra perlu diapresiasikan lewat pembacaan terhadap naskahnya. Pengertian apresiasi dalam drama sama dengan apresiasi sastra lainnya, yaitu merupakan penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. Kalau demikian halnya, layaklah drama sebagai karya sastra merupakan hal yang utama untuk didekati, dipahami, ditelaah, dan diapresiasi. Dari pengapresiasian naskah yang dilakukan akan diperoleh pengalaman. Pengalaman inilah yang akhirnya kita hubungkan dengan keadaan sebenarnya di luar drama. Akhirnya ditemukanlah suatu perubahan nilai-nilai dalam diri. Pementasan tidak lagi diterima sebagai penentu nilai sebuah drama. Yang menentukan adalah proses apresiasi sendiri sebagai pembaca. Dalam hal ini menurut Damono (1983:150) adalah: Kita bisa saja mendapatkan pengalaman dengan hanya membaca drama; ... Dan kita juga berhak berbicara tentang drama sebagai karya sastra. Itulah alasan mengapa drama diedarkan dalam bentuk buku, mengapa Martin Esslin menulis tentang drama absurd, Francis Fergusson menulis "The Human Image in Dramatic Literature." Helen Cardner membicarakan "Murder in the Cathederal." T.S. Elliot dalam "The Art of T.S. Elliot," dan seterusnya. Sampainya seseorang dalam mengapresiasikan naskah drama memerlukan suatu proses. Proses ini membutuhkan seperangkat perlengkapan. Ini dibutuhkan bukan saja untuk memahami maksud dan pesan pengarang, tetapi juga untuk memahami bagaimana pengarang secara estetik menyampaikan maksud dan pesannya itu. Berbagai teori digunakan untuk mengapresiasikan karya sastra drama itu. Kita kenal struktur dramatik Aristoteles. Titik pangkalnya adalah rumusan tentang karya sastra drama yang baik biasanya memiliki alur cerita yang berbentuk piramida, diawali dengan unsur eksposisi, dilanjutkan dengan komplikasi, memuncak pada klimaks, menurut kembali pada resolusi, dan berakhir pada konklusi. Teori lain adalah yang bertitik-tolak dari tokoh utama cerita atau ada juga yang menggunakan teori strukturalistik yang dikembangkan oleh Etienne Sourlau. Teori ini mendekati karya sastra drama dari sisi fungsi-fungsi yang terdapat di dalamnya. Namun demikian, karena drama adalah bagian dari seni sastra dan seni peran maka proses apresiasinya bertolak dari intuitif. Dalam hal ini Saini K.M. (1965:55) berpendapat: Pada dasarnya semua karya seni adalah pengetahuan intuitif. Makna karya seni hanya dapat dipahami melalui pikiran, perasaan, dan khayalan sekaligus, dengan kata lain, dengan intuisi. Namun di dalam upaya memahami makna karya seni, kegiatan pikiran (intelek, rasio), perasaan (emosi), daya khayal (imajinasi) tidak senantiasa seimbang. Kadang-kadang pikiran menonjol perannya, kadang-kadang perasaan, kadang-kadang khayal. Di dalam menghadapi karya sastra drama dari gaya realisme, misalnya, intelek kita lebih banyak bekerja dibanding dengan khayal; di dalam jenis melodrama, perasaan cenderung lebih dipancing untuk giat oleh sastrawannya. Menyikapi pendapat di atas, sebagai seni peran atau teater, sastra drama telah melalui proses intuitif dari sutradara. Sastra drama itu telah diolah dalam bentuk penafsiran, pemotongan cerita yang kurang menunjang, atau penambahan dialog yang mungkin relevan dan tidak menyimpang dari ide cerita. Hal inilah yang membedakannya dengan apresiasi sastra drama sebagai bentuk tersendiri yang bukan untuk tujuan pementasan atau teater. Sebagai karya sastra drama betul-betul dihadapi dalam keutuhan dan keseluruhan simbol-simbol bahasa yang ada dalam naskah. Ia tidak bisa dihilangkan atau ditambah. Pendekatan dalam Mengapresiasi Sastra Drama Berdasarkan teori-teori yang dijelaskan sebelumnya untuk mengapresiasi sastra drama, ada beberapa pendapat yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi sastra drama. Menurut Hamidy (1984:15) pendekatan tersebut dapat dilakukan dalam segi:
Lima pendekatan di atas sebenarnya merupakan satu alternatif saja dari cara lain atau pendekatan lain yang mungkin dapat dilakukan dalam mengapresiasi sastra drama. Persoalan penting yang seharusnya dipahami adalah bagaimana agar kedudukan drama sebagai apresiasi sastra seimbang dengan pembicaraan atau apresiasi sastra lainnya. Harapan ini muncul agar drama sebagai karya sastra tidak terlepas dari bahasa sastra Indonesia. Tingkat-tingkat Apresiasi Sastra Drama Tingkat apresiasi dalam pengertian ini dilihat dari daya tanggap, pemahaman, pengkhayalan, dan ketrampilan. Dengan demikian menyangkut pula pengertian tingkat kesiapan dalam menanggapi, memahami, menghayati, dan keterampilan dalam tingkat apresiasi sastra. Menurut Mio (1991:19) tingkat-tingkat apresiasi sastra drama, khususnya pembacaan drama dan prosa dapat dibagi atas empat, yaitu:
|