MAJU TERUS
EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE
Kemiskinan
Gubuk 2 x 3 Dihuni Janda dan 6 Anaknya
K25-11 | Kistyarini | Jumat, 8 Juli 2011 | 10:12 WIB
Gubung bambu berukuran 2x3 yang menjadi tempat tinggal Darmawati dan enam anaknya. (K25-11)***
TERKAIT:
- 1,5 Juta Orang Jatuh Miskin
- Rp 7 Miliar bagi Rumah Tangga Sangat Miskin
- Jumlah Penduduk Miskin Turun 1 Juta
- Penuntasan Kemiskinan Bergantung Pemda
- Batas Kemiskinan Berbeda, Rapat RAPBN 2012 Dibubarkan
POLEWALI MANDAR, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE � Di tengah berbagai kasus korupsi oleh para pejabat yang mendera Indonesia, jutaan warga Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Hal itu seperti juga dialami Darmawati, janda dengan enam anak di Dusun Mangaramba, Kelurahan Takatidung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Bantuan beras untuk masyarakat miskin raskin sebesar 5 kg tidak cukup untuk sebulan. Menjelang pemilu atau pemilukada, bantuan beras sering datang. Namun setelah peristiwa politik usai, bantuan beras pun berhenti mengalir.
Darmawati dan keenam anaknya tinggal di sebuah gubuk berukuran 2 x 3 meter yang berdinding bambu dan beratap rumbia. Gubuk yang sekilas mirip kandang ayam itu pemberian tetangga yang bersimpati kepada mereka.
Bisa dibayangkan repotnya hidup berdesakan di gubuk sempit seperti ini. Gubuk sempit itu menampung semua kegiatan mereka. Dari memasak sampai tidur dengan alas selembar tikar robek.
Irma, anak kedua Darmawati, mengaku tidur dengan ibu dan adik-adiknya di satu tempat. "Tidurnya tidak enak, biasa jatuh dari lantai kalau tidur," ujar Irma.
Dulu Darmawati memiliki rumah warisan orangtuanya. Namun, rumah itu akhirnya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kehidupannya morat-marit sejak dia bercerai dengan suaminya yang menikah dengan perempuan lain tiga tahun silam.
Sejak itulah tanggung jawab Darma makin bertambah. Tak hanya berperan mengurus dan menyusui anak-anaknya, tetapi juga harus membanting tulang mencari nafkah.
"Saya cuma bisa jadi buruh tani rumput laut. Upahnya tidak seberapa dan biasanya tidak cukup untuk beli beras. Anak saya semuanya tidak sekolah karena kami tak punya biaya," tutur Darmawati. Selama sehari bekerja mengikat bibit rumput laut, Darmawati mendapat upah Rp 10.000.
Tak sedikit tetangga yang berempati dengan keluarga ini. Mereka kerap memberi beras atau bantuan apa saja.
Jangankan menyekolahkan dan membeli seragam untuk anak-anaknya, membeli beras pun Darmawati harus berutang kepada tetangga.
Bantuan beras untuk masyarakat miskin (raskin) sebesar 5 kg tidak cukup untuk sebulan. Menjelang pemilu atau pemilukada, bantuan beras sering datang. Namun setelah peristiwa politik usai, bantuan beras pun berhenti mengalir.(Kompas.com)***
Source : Kompas.com, Jumat, 8 Juli 2011
Ada Komentar Untuk Artikel Ini.
Sabtu, 9 Juli 2011 | 10:35 WIB
wah, itu harus cepat dibantu! kasian sekali... sebelum keduluan satu rombongan yang bantu tapi sebenarnya ada motif agama segala, maklum, mereka ini suka banget bantu orang miskin & bodoh, karna yang kaya & pintar udah pada pindah agama... :-))
Sabtu, 9 Juli 2011 | 10:27 WIB
ada kasus di india, dimana sang janda bisa menuntut ganti rugi materi dari mantan suami apabila perceraian diakibatkan kesalahan pihak pria.
�Sabtu, 9 Juli 2011 | 09:45 WIB
yang kaya` bgini jangan ngarep pemerintah deh.. pasti bikin sakit hati. mending kita aja yang bantuin secara nyata lebih berasa daripada para pemimpin lalim di atas sana yang minta ini minta itu.. tunjangan komunikasi aja 12 juta.. ampun dah..ini mau buat tempat tinggal aja kudu dapat hibah dari tetangganya...
Sabtu, 9 Juli 2011 | 09:38 WIB
Sepertinya jauh dari kata Merdeka,,,,
Sabtu, 9 Juli 2011 | 09:24 WIB
Mari kita doakan supaya ibu ini mendapatkan jalan hidup yg lebih baik lagi.. (http://lexmove.blogspot.com/)