Rencana besar pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur mendapatkan banyak kritikan. Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago membalas kritikan tersebut.
Pria yang juga penggagas pemindahan ibu kota itu menilai ada kekeliruan besar yang menilai Kalimantan sebagai lokasi IKN baru hanyalah sisa-sisa hutan yang rusak. Justru menurutnya kepindahan IKN akan membuat Kalimantan bertransformasi secara sosial dan ekonomi dan menjanjikan bagi kejayaan masa depan Indonesia.
"Kalau ada orang orang memandang remeh Kalimantan, saya pastikan yang bersangkutan kurang banyak piknik di dalam negeri, tak kenal maka tak sayang. Borneo itu kejayaan masa depan Indonesia," ujarnya dilansri dari Antara, Minggu (13/2/2022).
Pihak penolak pemindahan IKN ke Kalimantan juga disebutnya tidak kenal lebih dekat dengan pulau yang memiliki luas 743.330 kilometer persegi itu. Padahal menurutnya, Kalimantan sangat layak menjadi ibu kota baru dengan segudang potensi yang dimiliki.
"Sudah jelas lokasinya yang sangat strategis di tengah Indonesia dan di tengah Asia Pasifik. Ekonomi Kalimantan bisa berpindah dari ekonomi yang mengeksploitasi sumber daya alam ke ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ekonomi pariwisata," ujarnya.
Untuk sektor pariwisata, misalnya, kalau daerah itu beralih dari ekonomi tambang ke ekonomi pariwisata, kota-kota yang dilalui sungai-sungai besar di Kalimantan bisa seperti Shanghai, Bangkok, Melbourne, atau kota-kota "water front city" di Eropa.
"Itu adalah ekonomi yang sehat dan sekaligus penghasil devisa. Ekonomi beralih dari merusak alam menjadi merawat alam karena pariwisata menimbulkan kesadaran akan lingkungan," katanya.
Andrinof mengatakan bahwa Kalimantan pasti akan menjadi mesin baru untuk perjalanan panjang Indonesia mengingat Pulau Kalimantan bakal menjadi tumpuan baru Indonesia ke depan.
"Asal kita semua berkomitmen melakukan transformasi ekonomi, Indonesia akan mengalami lompatan justru dari Kalimantan. Lompatan melalui paradigma pembangunan yang diubah dan diinovasikan melalui data-data," katanya.
Andrinof yang juga Pendiri Tim Visi Indonesia 2033 mengkritisi sejumlah tokoh atau ilmuwan yang beralasan belum mendapatkan naskah akademik sehingga menyalahkan berbagai aspek dalam perencanaan pemindahan IKN sehingga kemudian beropini yang tak dilandasi dengan data yang cukup dan kesimpulan keliru.
Dirinya menganggap sejumlah tokoh yang menolak pemindahan IKN ke Kalimantan tidak berdasar karena itu hanya kekhawatiran belaka.
Padahal, kata dia, tidak sulit bagi mereka mendapatkan data dan dokumen tentang IKN yang banyak tokoh mendapatkan data-data dan dokumen eksklusif tentang rencana besar pemindahan ibu kota ke luar Jawa tersebut.
"Jangan tanpa data karena malas memburu data, kemudian beropini dan banyak berlindung dari kata 'Saya duga, saya khawatir' soal IKN di Kalimantan. Masyarakat awam jadi terpengaruh hal-hal yang tak berdasar datanya," ujarnya.
Dirinya tidak heran dengan rencana besar Indonesia itu membuat negara tetangga Malaysia sudah pasang ancang-ancang untuk menyambut dengan rencana-rencana investasi tidak hanya di sektor perdagangan, jasa dan pariwisata.
Kalimantan sangat potensial untuk industri maritim, industri berbahan baku mineral hingga industri bahan dari karet.
"Energi untuk menggerakkan mesin maupun lampu penerangan juga berlimpah. Batubara, asalkan tidak terus dieksploitasi besar-besaran untuk dijual ke luar negeri seperti sekarang, maka usia depositnya bisa lebih dari 100 tahun untuk keperluan sendiri. Belum lagi sumber pembangkit hidro di Kaltara yang potensinya lebih dari 6.000 megawatt," katanya.[detik.com]