Sebuah kerbau yang disebut berasal dari kasta tertinggi baru-baru ini menuai sorotan publik. Bukan tanpa sebab, kerbau tersebut dijual dengan harga fantastis, yakni mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
Sebelumnya diketahui, buat kebanyakan orang, kerbau biasanya diternakkan atau digunakan untuk membajak sawah. Nantinya, alat pembajak akan dipasangkan, kemudian kerbau menariknya agar tanah terbajak untuk bisa ditanami.
Namun, selain untuk diternakkan dan digunakan untuk membajak sawah, buat masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, kerbau dianggap hewan sakral dan melambangkan status sosial seseorang. Salah satu kerbau adalah Tedong Saleko atau Kerbau Saleko.
Biasa digunakan untuk upacara pemakaman secara adat, Rambu Solo, kerbau saleko dijual dengan harga mahal lantaran diyakini bisa mengantar arwah orang yang sudah meninggal ke surga.
Penampakannya seperti yang viral dibagikan akun @makassar_iinfo di Instagram, pada Rabu (20/1/2021). Dalam video berdurasi kurang dari semenit tersebut, disebutkan bahwa harga kerbau saleko bahkan bisa untuk membeli bus.
Adapun tubuh kerbau saleko tersebut tak seperti kerbau-kerbau pada umumnya. Corak tubuhnya jadi yang paling disoroti lantaran memiliki dua warna, yakni hitam dan putih kemerah mudaan,
Kerbau ini diyakini akan menemani arwah orang yang meninggal menuju ke surga, tulis keterangan dalam video.
Menariknya, mengutip Mongabay, kerbau-kerbau yang dikorbankan dalam upacara adat tersebut memiliki kasta tersendiri, diantaranya ada tedong bonga, tedong pudu, hingga tedong sambao. Adapun kerbau Saleko jadi yang paling bernilai di kasta tedong bonga.
Disampaikan Yoshafat selaku tokoh adat dari Tana Toraja, upacara adat rambu solo sempat hanya boleh dilakukan oleh bangsawan saja. Hal tersebut seperti dalam kepercayaan Aluk To Dolo, agama Toraja kuno.
Hanya saja, belakangan upacara adat tersebut juga bisa dilakukan oleh non bangsawan yang memiliki keuangan cukup. Biasanya, semakin tinggi nilai kebangsawanan, akan semakin mewah pula acara.
Namun, tidak semua daerah di Toraja boleh. Di beberapa daerah tetap mengacu kepada aturan Aluk To Dolo, hanya boleh bangsawan, ujar Yoshafat kepada Mongabay pada awal Desember 2013 silam.
Sumber : https://ragamberitah.