Luhut Cerita Bertemu Trump di Gedung Putih hingga Oleh-oleh Rp 28 T

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan cerita soal kunjungannya ke Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan Luhut lewat sebuah unggahan di akun Instagramnya.

Luhut mengaku tak pernah membayangkan dirinya bisa berada di White House, yang merupakan kantor Presiden AS dalam waktu yang cukup lama.

"Saya tidak pernah membayangkan bahwa akan ada waktu suatu hari saya hampir selama 6 jam berada di White House, dan bahkan berkesempatan untuk diterima di Oval Office. Untuk mengisi waktu saya selagi menjalani karantina mandiri selama beberapa waktu ke depan, saya ingin berbagi sedikit cerita terkait kunjungan saya tersebut," kata Luhut lewat akun @luhut.pandjaitan, Selasa (24/11/2020).

Dia mengatakan dirinya bertemu dengan Presiden AS Donald Trump didampingi oleh Dubes Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi. Dia mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menitip pesan terima kasih karena AS memperpanjang fasilitas GSP ke Indonesia.

"Didampingi oleh Dubes Muhammad Lutfi, saya sampaikan apresiasi Presiden @jokowi terhadap Presiden @realdonaldtrump yang telah memperpanjang GSP kepada kita sehingga Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang mendapat peluang emas ini," ungkap Luhut.

Luhut mengatakan Indonesia akan menjaga hubungan baik dengan semua negara yang bisa membantu kepentingan nasional, tak terkecuali AS.

"Saya ingin tekankan bahwa dengan negara manapun, selama bisa membantu kepentingan nasional, kita akan selalu menjaga hubungan baik, begitu pula dengan Amerika Serikat," ujar Luhut.

Dia juga sempat bercerita selama dua tahun terakhir dirinya sangat intens berkomunikasi dengan pemerintahan AS. Utamanya dengan dua tokoh sentral, yaitu tangan kanan Trump, Jared Kushner dan juga CEO IDFC Adam Boehler

Dari komunikasi yang intens itu, dia mengatakan akhirnya AS meneken kesepakatan letter of interest alias LOI untuk investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,2 triliun (kurs Rp 14.100) untuk SWF Indonesia.

"Selama 2 tahun terakhir, saya intens berkomunikasi dengan Jared Kushner, menantu Presiden Trump dan rekannya Adam Boehler, CEO IDFC yang notabene mereka adalah tangan kanan Presiden Trump. Karena kedekatan itulah "LOI" investasi sebesar US$ 2 miliar dari IDFC kepada SWF Indonesia ditandatangani pada 19 November lalu. Ini adalah oleh-oleh yang besar karena keberadaan Amerika Serikat sebagai negara industri maju akan berpengaruh penting bagi perkembangan SWF di Tanah Air," kisah Luhut.

Tidak cuma pejabat Gedung Putih, Luhut mengatakan banyak sekali investor AS yang bertanya kepada rombongan yang dia pimpin di AS mengenai UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

"Selain pejabat Gedung Putih, banyak sekali Investor yang bertemu dengan rombongan kami untuk mengetahui perkembangan Indonesia hari ini, terlebih setelah disahkannya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja," kata Luhut.

Dia juga mengatakan dirinya sempat menemui perwakilan IMF dan World Bank untuk membahas penanganan pemulihan Indonesia dari pandemi Corona.

"Saya juga bertemu dengan sahabat saya dari IMF dan World Bank untuk membahas penanganan pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi nasional dan upaya Indonesia untuk menjaga dan memperbaiki kelestarian lingkungan hidup," ujar Luhut.

Luhut juga mengatakan hubungan baik dengan AS bisa diraih pemerintah Indonesia karena budaya adat ketimuran dan visi pemerintah yang dikagumi banyak negara. Dia menegaskan AS akan jadi mitra strategis Indonesia siapapun pemimpinnya.

"Berbagai respons baik saya terima selama kunjungan saya di sana adalah buah dari budaya dan adat ketimuran serta visi Presiden Joko Widodo yang sangat dikagumi oleh pemimpin negara manapun sehingga saya yakin Indonesia akan selalu menjadi mitra strategis bagi negara sahabat, tak terkecuali Amerika Serikat dalam ekonomi maupun geopolitik, siapapun pemimpinnya," kata Luhut.

"Saya berharap akan terus menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintahan AS berikutnya dan terbuka peluang kerjasama yang luas di berbagai bidang," tutupnya. [detik.com]