Pengertian, Sifat-Sifat Enzim Beserta Penjelasannya � Aktivitas metabolisme dalam suatu sel penyusun badan organisme tak jauh dari pembahasan mengenai enzim. Senyawa kimia ini senantiasa terlibat dan membantu reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh. Pembuktian mengenai metabolisme yang tanpa melibatkan enzim menyatakan bahwa membutuhkan energi yang lebih besar dan warna yang lebih usang dibanding memakai enzim. Salah satu reaksi vital yang berlangsung di dalam badan ialah respirasi, yang melibatkan banyak enzim untuk mengubah satu senyawa ke senyawa lain, mereaksikan senyawa satu dengan senyawa lainnya.
A. PENGERTIAN ENZIM
Kata enzim berasal dari bahasa yunani yang berarti �ragi�. Penemuan enzim bermula pada awal periode ke 18. Pada ketika itu, belum diketahui dengan rinci bagaimana pencernaan daging di dalam lambung oleh sekret lambung dan pencernaan amilum oleh kelenjar ludah. Percobaan fermentasi alkohol yang dilakukan oleh Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi terjadi sebab adanya sel ragi (yeast) yang merupakan organisme hidup, bukan terjadi pada organisme mati atau senyawa yang diekstrak dari organisme. Namun, pernyataan Pasteur ini dirasa kurang tepat. Wilhem Kuhne ialah mahir fisiologi jerman yang menyebutkan kata �enzim� untuk menyebut senyawa dari organisme hidup yang sanggup diekstrak dari organisme untuk memfermentasi rekasi kimia. Sementara kata fermentasi membuktikan suatu reaksi kimia oleh organisme hidup.
Enzim merupakan senyawa kimia yang tersusun atas senyawa protein dan non protein yang mempunyai acara katalitik. Enzim bisa mempercepat suatu senyawa kimia tanpa ikut berekasi dengan reaktan. Suatu senyawa kimia sanggup berlangsung tanpa enzim, namun akan berlangsung lebih usang dan memerlukan banyak energi. Enzim mempunyai sifat yang diturunkan dari sifat penyusun dasarnya.
B. SIFAT � SIFAT ENZIM
Enzim mempunyai karakteristik yang khas yang sanggup menghipnotis kinerja enzim pada suatu reaksi. Berikut sifat � sifat enzim:
1. Enzim berperan sebagai katalisis
Enzim merupakan senyawa kimia dengan protein sebagai senyawa dasar (penyusun utama). Enzim bisa mempercepat suatu reaksi kimia dalam suatu metabolisme. Sifat katalisis yang dimiliki oleh enzim tak lain sebab adanya unsur katalitik (kofaktor) yang menyusun enzim. Katalisis merupakan suatu kemampuan untuk mempercepat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Dengan demikian kita akan tetap menerima prosuk yang diinginkan tanpa tercemar dengan senyawa lain (enzim). Setelah menuntaskan suatu reaksi kimia, enzim akan memisahkan �diri� dari reaksi tersebut dan siap membantu reaksi yang lain yang sama. Enzim disebut juga sebagai biokatalisator yang berarti senyawa katalitik yang diperoleh dari makhluk hidup.
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-9290406911233137"
data-ad-slot="2698768695">
2. Bersifat spesifik
Enzim hanya akan bekerja pada senyawa kimia yang spesifik dengan enzim. Artinya, enzim hanya akan membantu satu reaksi kimia yang melibatkan senyawa kimia tertentu. Enzim yang bekerja untuk memecah senyawa protein berbeda dengan enzim yang memcah karbohidrat. Sifat spesifik ini dipengaruhi oleh bentuk sisi pengikatan dengan substrat. Senyawa inhibitor (penghambat) sanggup mempunyai bentuk yang menyerupai dengan senyawa substrat (yang akan diubah). Sehingga senyawa inhibitor ini bisa berikatan dengan enzim yang sanggup menyebabkan terhambatnya reaksi kimia. Sifat spesifik pada enzim ini menjadi salah satu kriteria penamaan enzime. Nama enzime sanggup ditentukan menurut substrat yang akan diubah dengan penambahan akhiran �ase pada nama substrat. Contohnya ialah amilase berasal dari kata amilum + ase, yang mengatakan enzim yang bekerja untuk mengubah senyawa amilum menjadi maltosa/glukosa.
3. Termolabil
Enzime bersifat termolabil atau sangat dipengaruhi suhu. Hal ini dikarenakan penyusun utama enzim ialah senyawa protein. Dengan demikian, enzim mempunyai turunan sifat dari senyawa protein . Suhu optimum ialah suhu paling baik untuk enzim biar sanggup bekerja dalam suatu reaksi kimia. Pada umumnya, enzim akan bekerja baik pada suhu 37�c. Suhu rendah (10�c hingga minus) akan menciptakan enzim tidak aktif, sementara suhu tinggi (60�c ke atas) akan menciptakan enzim terdenaturasi (terurai). Oleh sebab itu pendinginan sanggup dijadikan salah satu cara pengawetan makanan, dan pemasanan di suhu yang tinggi dijadikan salah satu cara untuk sterilisasi. Meski demikian, ditemukan sangat jarang enzime yang bekerja pada suhu tinggi (80�C) menyerupai pada kelompok kuman methanogen dan kuman welirang yang hidup di lava gunung berapi.
4. Bekerja bolak balik
Enzim sanggup bekerja bolak � balik. Dengan kata lain, enzim x bisa mengkatalisis perubahan senyawa A (substrat/reaktan) menjadi senyawa B (produk) dan sebaliknya enzim x mengubah senyawa B menjadi senyawa A.
5. Tidak memilih arah reaksi
Arah reaksi kimia perubahan senyawa A menjadi senyawa B dan sebaliknya (poin 4) bukan ditentukan oleh enzim x. Reaksi kimia perubahan senyawa A menjadi senyawa B terjadi ketika konsentrasi senyawa A tinggi dan senyawa B rendah. Begitu juga sebaliknya, pengubahan senyawa B menjadi senyawa A terjadi ketika terjadi kebutuhan senyawa A namun konsentrasi A rendah dan senyawa B tinggi. Dengan demikian kecukupan senwa A akan diperoleh dengan pengubahan senyawa B. Pada badan akan ditemukan beberapa reaksi serupa untuk mencukupi suatu senyawa tertentu menyerupai kebutuhan akan glukosa. Jika konsentrasi glukosa terlalu tinggi maka akan diubah menjadi glikogen. Dan ketika konsentrasi glukosa di dalam badan rendah sebab tidak menerima asupan glukosa, maka kebutuhan ini akan mengubah arah reaksi pengubahan glikogen menjadi glukosa.
6. Bekerja pada pH tertentu
Seperti halnya suhu, enzim mempunyai derajat keasaam (pH) optimum. Pada umumnya enzim bekerja pada pH netral (sekitar tujuh). Namum, ditemukan beberapa enzim yang bekerja pada pH ekstrem (asam atau basa) menyerupai enzim pepsin yang sanggup bekerja dengan baik pada pH 2 (asam kuat).
Sumber https://www.kakakpintar.id