Sebagai Bangsa yang besar dengan beribu-ribu budaya serta keanekaragamannya, Bangsa Indonesia merupakan salah satu bagian dari bangsa � bangsa di dunia yang amat disegani. Hal tersebut tidak lepas dari adanya salah satu nilai budaya dasar yang ada di Nusantara yakni adanya budaya gotong royong. Budaya gotong royong menjadi salah satu ikon dari Bangsa Indonesia dimana budaya atau tradisi ini hampir tidak dimiliki oleh bangsa � bangsa lainnya di didunia. Sejatinya hal tersebut merupakan hal yang wajar disebabkan budaya gotong royong tumbuh dan berkembang terutama di masyarakat perdesaan dimana sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari masyarakat yang tinggal di kawasan perdesaan.
Namun jika kita melihat dari akar sejarahnya, budaya gotong royong sendiri sudah ada semenjak dahulu kala dari nenek moyang Bangsa Indonesia, dimana nenek moyang Bangsa Indonesia sejatinya terbentuk dari kelompok � kelompok masyarakat / desa berdasarkan pada pertama adanya ikatan keturunan (geneologis) dimana kelompok masyarakat terbentuk karena adanya hubungan kekeluargaan dan dari keturunan yang sama dimana di dalamnya sudah berjalan sistem paguyuban dan kebersamaan dalam kesehariannya, serta yang keduaadanya ikatan kesukuan (etnologis) hal ini dimana di tandai dari semua penduduk pedesaan di Indonesia secara primordial tentu sudah memiliki loyalitas etnik terhadap suku bangsanya masing � masing, karena memang sejak kecil mereka sudah diperkenalkan dengan kebudayaan dan tradisinya masing � masing. Komunitas pedesaan di Indonesia biasanya di huni dari satu suku bangsa, jika ada suku bangsa yang lain, biasanya akan menjadi minoritas. Oleh karena itu dalam masyarakat pedesaan hubungan antara suku bangsa jarang terjadi konflik (Koentjaraningrat ; 1984).
Namun jika kita melihat dari akar sejarahnya, budaya gotong royong sendiri sudah ada semenjak dahulu kala dari nenek moyang Bangsa Indonesia, dimana nenek moyang Bangsa Indonesia sejatinya terbentuk dari kelompok � kelompok masyarakat / desa berdasarkan pada pertama adanya ikatan keturunan (geneologis) dimana kelompok masyarakat terbentuk karena adanya hubungan kekeluargaan dan dari keturunan yang sama dimana di dalamnya sudah berjalan sistem paguyuban dan kebersamaan dalam kesehariannya, serta yang keduaadanya ikatan kesukuan (etnologis) hal ini dimana di tandai dari semua penduduk pedesaan di Indonesia secara primordial tentu sudah memiliki loyalitas etnik terhadap suku bangsanya masing � masing, karena memang sejak kecil mereka sudah diperkenalkan dengan kebudayaan dan tradisinya masing � masing. Komunitas pedesaan di Indonesia biasanya di huni dari satu suku bangsa, jika ada suku bangsa yang lain, biasanya akan menjadi minoritas. Oleh karena itu dalam masyarakat pedesaan hubungan antara suku bangsa jarang terjadi konflik (Koentjaraningrat ; 1984).
Budaya gotong royong dalam masyarakat Indonesia sendiri pada dasarnya dibagi ke dalam dua hal, yakni tolong menolong dan kerja bakti. Gotong royong tolong menolong biasanya dilakukan dalam hal pertanian, kegiatan rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan dalam budaya gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum. Dalam kelompok masyarakat mereka hidup saling berdampingan dan bersama � sama dengan saling membantu satu dengan yang lain, sehingga kebiasaan saling membantu satu dengan yang lain tersebut akhirnya menjadi suatu tradisi dan budaya yang turun temurun. Dimana pada dasarnya masyarakat Indonesia menyandarkan pada kehidupan pada adanya kekuatan kebersamaan (collective collegial ) dalam bermasyarakat.
Pada tahun 1980 an, prinsip tolong menolong dan gotong royong masih ada di desa � desa dengan dasar timbal balik, dalam hal bertani maupun membuat rumah. Pada masa 1993-1994 prinsip gotong royong ini masih berlaku namun hanya untuk batas waktu tertentu, biasanya satu atau dua hari saja. Namun seiring banyaknya warga dan penduduk yang bekerja di luar daerah pedesaan, maka budaya gotong royong dan tolong menolong ini sudah mulai jarang ditemukan dalam masyarakat desa, biasanya di ganti dengan pekerja buruh atau dengan jalan pengupahan (Hyung-Jun, Kim ; 2002). Dewasa ini budaya gotong royong masih melekat namun tidak lebih hanya di saat warga masyarakat mengalami musibah atau bencana saja. Sebagai contoh di saat musibah gempa bumi di Bantul Yogyakarta pada tahun 2011, warga masyarakat bersama dengan pemerintah daerah dengan sukarela bahu membahu ikut meringankan korban dari gempa bumi tersebut, mereka bekerja tanpa pamrih dan penuh dengan keikhlasan. Atau dalam keseharian dalam masyarakat dapat kita perhatikan sudah jarang melihat dimana membangun rumah dengan cara tolong menolong, bercocok tanam secara bergantian dan lainnya.
Namun seiring perkembangan jaman dan berjalannya waktu, masuknya pengaruh budaya barat di Indonesia yang disebabkan oleh adanya globalisasi sangat signifikan membawa pengaruh terhadap budaya gotong royong itu sendiri. Hal ini ditandai dengan berkurangnya sikap tolong menolong, berkembangnya budaya individualisme yang dipengaruhi gaya hidup keduniawian (hedonisme) yang berakibat kurangnya rasa kebersamaan dan yang paling dikwatirkan adalah terhempasnya nilai � nilai persatuan dan kesatuan dalam warga masyarakat. Sangat pentingnya nilai daripada gotong royong tersebut bagi masyarakat dalam berbangsa dan bernegara karena akan membawa pengaruh daripada berhasil maupun tidaknya pembangunan bangsa ini.
Roh dalam Gotong RoyongBangsa Indonesia mampu merebut kemerdekaan juga karena dipengaruhi adanya jiwa gotong royong, dimana para pendiri bangsa ini bersama dengan seluruh elemen bangsa dengan sukarela tanpa pamrih mengorbankan segalanya demi sebuah kebebasan bangsa dari cengkeraman para imperialisme. Dengan semangat gotong royong pula, segala sesuatu yang dirasa berat akan menjadi ringan, yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Pada dasarnya ada beberapa kandungan roh dalam gotong royong, yakni antara lain pertama adanya nilai persatuan dan kesatuan dimana dengan adanya gotong royong persatuan antar warga masyarakat akan menjadi lebih kuat begitu juga jika diterapkan dalam kehidupan bernegara, yang keduaadanya kebersamaan dengan adanya gotong royong terjalin kebersamaan dengan prinsip berat sama di pikul ringan sama di jinjing. Dengan kebersamaan tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, semut kecil mampu mengangkat makanan yang berat karena dilkukan secara bersama � sama. Selanjutnya ketiga adanya sikap rela berkorban yang di tandai dengan adanya kerelaan daripada para peserta gotong royong untuk rela mengorbankan segalanya baik waktu, tenaga, pikiran maupun meterial.
Moment Agustusan
Hampir setiap tahun menjelang Bulan Agustus, setiap warga masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, orang tua atau pemuda, anak � anak maupun dewasa selalu disibukkan dengan banyaknya agenda acara tujuh belasan di daerah masing � masing. Dari acara yang mulai sederhana sekedar lomba untuk anak � anak sampai acara yang meriah lengkap dengan karnaval pembangunan maupun pawai masyarakat serta malam tirakatan di setiap daerah masing - masing. Hal tersebut nampaknya bukan suatu keanehan, mengingat kita sebagai bangsa yang sudah merdeka dan berdaulat tidaklah salah jika selalu mengingat jasa pendahulu bangsa dalam merebut kemerdekaan serta sebagai salah satu wujud syukur warga masyarakat. Oleh karena Hal tersebut diwujudkan masyarakat melalui berbagai acara � acara tersebut.
Dalam mengisi dan memeriahkan agustusan yang dilakukan oleh warga masyarakat baik dengan bersih � bersih kampung, menghias pedesaan sampai adanya kegiatan � kegiatan besar yang lainnya, warga masyarakat bahu membahu secara sukarela dalam kebersamaan dan persatuan untuk mewujudkan tujuannya. Hal tersebut kadang tanpa disadari oleh sebagian masyarakat pada hakikatnya kegiatan � kegiatan tersebut merupakan salah satu cara dalam menghidupkan dan menjaga roh daripada gotong royong tersebut. Dengan adanya acara agustusan dengan sendirinya kesadaran warga masyarakat untuk senantiasa secara bersama � sama dan sukarela akan timbul dan jiwa nasionalisme yang tadinya redup mulai menampakkan tanda � tanda kebangkitannya.
Agustusan merupakan moment yang sangat bagus dalam menghidupkan serta menjaga roh dan jiwa gotong royong yang ada dalam warga masyarakat ditengah � tengah mulai tergerus dan redupnya roh daripada gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka bersatu padu dalam kebersamaan baik kaya miskin, tua muda, laki � laki perempuan semua bergerak bersama untuk mensukseskan dan memeriahkan acara agustusan. Bahkan tidak jarang banyak warga masyarakat yang merasa mampu secara finansial mengeluarkan dana yang tidak sedikit secara sukarela untuk berperan dalam agustusan.
Pada dasarnya ada beberapa kandungan roh dalam gotong royong, yakni antara lain pertama adanya nilai persatuan dan kesatuan dimana dengan adanya gotong royong persatuan antar warga masyarakat akan menjadi lebih kuat begitu juga jika diterapkan dalam kehidupan bernegara, yang keduaadanya kebersamaan dengan adanya gotong royong terjalin kebersamaan dengan prinsip berat sama di pikul ringan sama di jinjing. Dengan kebersamaan tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, semut kecil mampu mengangkat makanan yang berat karena dilkukan secara bersama � sama. Selanjutnya ketiga adanya sikap rela berkorban yang di tandai dengan adanya kerelaan daripada para peserta gotong royong untuk rela mengorbankan segalanya baik waktu, tenaga, pikiran maupun meterial.
Moment Agustusan
Hampir setiap tahun menjelang Bulan Agustus, setiap warga masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, orang tua atau pemuda, anak � anak maupun dewasa selalu disibukkan dengan banyaknya agenda acara tujuh belasan di daerah masing � masing. Dari acara yang mulai sederhana sekedar lomba untuk anak � anak sampai acara yang meriah lengkap dengan karnaval pembangunan maupun pawai masyarakat serta malam tirakatan di setiap daerah masing - masing. Hal tersebut nampaknya bukan suatu keanehan, mengingat kita sebagai bangsa yang sudah merdeka dan berdaulat tidaklah salah jika selalu mengingat jasa pendahulu bangsa dalam merebut kemerdekaan serta sebagai salah satu wujud syukur warga masyarakat. Oleh karena Hal tersebut diwujudkan masyarakat melalui berbagai acara � acara tersebut.
Dalam mengisi dan memeriahkan agustusan yang dilakukan oleh warga masyarakat baik dengan bersih � bersih kampung, menghias pedesaan sampai adanya kegiatan � kegiatan besar yang lainnya, warga masyarakat bahu membahu secara sukarela dalam kebersamaan dan persatuan untuk mewujudkan tujuannya. Hal tersebut kadang tanpa disadari oleh sebagian masyarakat pada hakikatnya kegiatan � kegiatan tersebut merupakan salah satu cara dalam menghidupkan dan menjaga roh daripada gotong royong tersebut. Dengan adanya acara agustusan dengan sendirinya kesadaran warga masyarakat untuk senantiasa secara bersama � sama dan sukarela akan timbul dan jiwa nasionalisme yang tadinya redup mulai menampakkan tanda � tanda kebangkitannya.
Agustusan merupakan moment yang sangat bagus dalam menghidupkan serta menjaga roh dan jiwa gotong royong yang ada dalam warga masyarakat ditengah � tengah mulai tergerus dan redupnya roh daripada gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka bersatu padu dalam kebersamaan baik kaya miskin, tua muda, laki � laki perempuan semua bergerak bersama untuk mensukseskan dan memeriahkan acara agustusan. Bahkan tidak jarang banyak warga masyarakat yang merasa mampu secara finansial mengeluarkan dana yang tidak sedikit secara sukarela untuk berperan dalam agustusan.
Peran Pemimpin
Selain daripada moment agustusan yang ada hanya setahun sekali, hal yang sangat menentukan hidup dan matinya roh gotong royong adalah berperannya pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat. Mulai dari kelompok masyarakat dari yang paling kecil (RT/RW) sampai dengan kelompok masyarakat yang besar yakni bangsa dan negara. Dimana dalam sebuah kelompok masyarakat tersebut biasanya akan di pilih pemimpin yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung (turun temurun dan biasanya ada di kelompok suku � suku yang masih ada).
Peran pemimpin sangat menentukan kelanjutan adanya tradisi serta budaya gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Berapapun besar dana yang digelontorkan pemerintah untuk pembangunan tanpa adanya roh gotong royong, akan terbuang sia � sia. Termasuk dalam hal ini peran pemimpin dalam mengelola dan menjaga roh dan semangat dari gotong royong tersebut. Dimana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para pemimpin agar jiwa dan roh gotong royong senantiasa terjaga, diantaranya pertamabahwa pemimpin merupakan teladan bagi segenap warga masyarakat, dengan keteladanan seorang pemimpin maka warga masyarakat akan mampu menilai serta mengikuti daripada segala perilaku serta tindak tanduk sang pemimpin. Begitu juga dalam hal menjaga roh gotong royong diperlukan pemimpin yang senantiasa hadir dan berperan dalam setiap kegiatan masyarakat bukan pemimpin yang sekedar banyak kata namun tiada kerja.
Yang kedua adanya penghargaan (reward) dari pemimpin terhadap warga masyarakat. Pemberian penghargaan terhadap warga masyarakat bertujuan sebagai pemberi semangat agar warga baik secara individu maupun kelompok senantiasa mampu menjaga roh gotong royong. Selain itu dengan adanya reward terhadap warga, maka eksistensi terhadap pengakuan warga masyarakat masih ada. Namun yang perlu diperhatikan terhadap penghargaan tersebut adalah adanya unsur obyektifitas terhadap penilaian dari pemimpin terhadap warga masyarakat. Sedangkan caranya dapat disesuaikan terhadap kondisi daerah masing � masing.
Apapun bentuknya penghargaan yang diberikan terhadap warga masyarakat, akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup roh gotong royong. Sedangkan bentuk penghargaan dari pemimpin tidak harus dalam bentuk material / uang, namun lebih berarti adalah adanya pengakuan terhadap keberadaan dari warga masyarakat tersebut. Dengan adanya pengakuan serta penghargaan diharapkan kesadaran indovidu maupun kelompok tentang pentingnya menjaga roh gotong royong akan tetap berjalan dan tetap terjaga setiap saat bukan menunggu moment dan waktu tertentu, semisal moment agustusan maupun hari besar nasional lainnya.
Dengan terjaganya roh gotong royong dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka kebersamaan akan timbul, persatuan dan kesatuan warga masyarakat akan hidup dan yang sangat jelas tradisi dan budaya yang dimiliki bangsa ini tidak akan punah. Dengan demikian tidak ada yang tidak mungkin untuk mencapai tujuan akhirnya yakni kesejahteraan serta kemakmuran bagi segenap warga masyarakat dan seluruh tumpah darah Bangsa Indonesia akan tercapai. Jayalah Negeriku...Bersatu kita Teguh Bercerai kita Runtuh...
Peran pemimpin sangat menentukan kelanjutan adanya tradisi serta budaya gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Berapapun besar dana yang digelontorkan pemerintah untuk pembangunan tanpa adanya roh gotong royong, akan terbuang sia � sia. Termasuk dalam hal ini peran pemimpin dalam mengelola dan menjaga roh dan semangat dari gotong royong tersebut. Dimana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para pemimpin agar jiwa dan roh gotong royong senantiasa terjaga, diantaranya pertamabahwa pemimpin merupakan teladan bagi segenap warga masyarakat, dengan keteladanan seorang pemimpin maka warga masyarakat akan mampu menilai serta mengikuti daripada segala perilaku serta tindak tanduk sang pemimpin. Begitu juga dalam hal menjaga roh gotong royong diperlukan pemimpin yang senantiasa hadir dan berperan dalam setiap kegiatan masyarakat bukan pemimpin yang sekedar banyak kata namun tiada kerja.
Yang kedua adanya penghargaan (reward) dari pemimpin terhadap warga masyarakat. Pemberian penghargaan terhadap warga masyarakat bertujuan sebagai pemberi semangat agar warga baik secara individu maupun kelompok senantiasa mampu menjaga roh gotong royong. Selain itu dengan adanya reward terhadap warga, maka eksistensi terhadap pengakuan warga masyarakat masih ada. Namun yang perlu diperhatikan terhadap penghargaan tersebut adalah adanya unsur obyektifitas terhadap penilaian dari pemimpin terhadap warga masyarakat. Sedangkan caranya dapat disesuaikan terhadap kondisi daerah masing � masing.
Apapun bentuknya penghargaan yang diberikan terhadap warga masyarakat, akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup roh gotong royong. Sedangkan bentuk penghargaan dari pemimpin tidak harus dalam bentuk material / uang, namun lebih berarti adalah adanya pengakuan terhadap keberadaan dari warga masyarakat tersebut. Dengan adanya pengakuan serta penghargaan diharapkan kesadaran indovidu maupun kelompok tentang pentingnya menjaga roh gotong royong akan tetap berjalan dan tetap terjaga setiap saat bukan menunggu moment dan waktu tertentu, semisal moment agustusan maupun hari besar nasional lainnya.
Dengan terjaganya roh gotong royong dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka kebersamaan akan timbul, persatuan dan kesatuan warga masyarakat akan hidup dan yang sangat jelas tradisi dan budaya yang dimiliki bangsa ini tidak akan punah. Dengan demikian tidak ada yang tidak mungkin untuk mencapai tujuan akhirnya yakni kesejahteraan serta kemakmuran bagi segenap warga masyarakat dan seluruh tumpah darah Bangsa Indonesia akan tercapai. Jayalah Negeriku...Bersatu kita Teguh Bercerai kita Runtuh...