Adalah Nanda Alavanta bersama teman-teman sekelasnya di jurusan Teknik Otomotif SMKN 2 Sinabang yang berinisiatif merancang motor berbahan bakar air ini. “Habis waktu sebulan menciptakan ini. Dari penilitian hingga proses erencangnya,” dongeng Nanda kepada Okezone di sela festival Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh ke 56 baru-baru ini.
Motor hemat bensin dan ramah lingkungan itu pertama kali dipamerkan Nanda dan timnya dalam Expo Pendidikan yang berlangsung hingga 18 September. Motor ini pun menyedot perhatian banyak pengunjung.
Nanda mengaku sudah menguji ketahanan motor buatannya. Menurutnya, dengan seliter air murni, motor tersebut mampu berjalan hingga 700 Km dengan kecepatan normal.
“Sudah kami tes keliling pulau (Simeulue), Alhamdulillah baik-baik saja. Yang penting diperhatikan ialah kondisi aki dan kipronya harus oke. Kalau tidak maka jalannya dapat tersendat,” sebut siswa Kelas II itu.
Ide menciptakan materi bakar air ini muncul dari impian Nanda bersama teman-temannya di sekolah.
“Kami pengen ada perubahan di sekolah,” tuturnya.
Bahannya sederhana. Botol plastik tahan panas diisi air murni, lalu disambungkan ke silinder pembakaran memakai slang stainless stell. Dua kabel dari baterai aki juga disambungkan ke dalam botol.
Untuk dapat menjalankan mesin maka aki dan air harus di-charge dulu. Caranya cukup dengan menghidupkan motor, dan biarkan dulu mesin menyela. Jika susah hidup perlu dipancing dengan beberapa tetes bensin. Proses charging ini diharapkan untuk memisahkan belerang atau zar kapur dari air aki dengan unsur hidrogen dan oksigen yang ada dalam air.
Daya aki dan anutan listriknya perlu diperhatikan. Jika anutan listrik bagus, maka belerang akan melekat dengan sendirinya di stainless steel dan tidak masuk ke dalam silinder. Selanjutnya hidrogen yang merupakan senyawa gampang terbakar, dan oksigen juga terpisah.
Menurut Wendi Sebastian, guru SMKN 2 Sinabang yang mendampingi siswa menciptakan motor berbahan bakar air, pemisahan hidrogen dan oksigen dapat menjadikan ledakan kalau tersulut api.
“Itulah yang dimanfaatkan untuk pembakaran,” ujarnya.
“Kalau menguap airnya berkurang, aki berair dapat kita isi lagi. Kalau aki kering tidak,” ujarnya.
“Bahannya tidak hingga Rp400 ribu, tapi untuk risetnya yang banyak habis biaya,” tutur Wendi.
“Tapi tetap kami coba hingga berhasil,” sebutnya.
Untuk tahap awal, lanjut dia, motor berbahan bakar air ini akan dibudayakan di Sekolah Menengah kejuruan tersebut. Beberapa siswa termasuk Nanda sudah berniat memodifikasi motornya semoga dapat memakai air sebagai materi bakar.
“Jika nanti berhasil kami akan siap diminta untuk membantu orang lain yang membutuhkan motor ini,” sebutnya.
Sumber https://wirahadie.com