SilahkanSHARE | Kisah Umar Bin Khattab | Jika anda mendengar nama Umar bin Khatab, tentunya anda akan mengingat jika Umar adalah sahabat Nabi Muhammad S.A.W yang paling ditakuti di zamanya.
Namun tahukah anda, sejak masuk islam kekerasan Umar, bukan untuk menindas yang lemah, melainkan untuk melindungi kaum yang lemah dan sangat keras dengan berbagai kejahatan dan kemungkaran.
Kali ini kami akan menyajikan kisah Umar bin Khatab yang dikenal sangat adil dan melindungi kaum tertindas, walaupun kaum yang tertindas itu merupakan seorang Yahudi.
Kisah ini juga akan menunjukan bukti, betapa agama islam sangat menghargai "KEADILAN dan KEBENARAN", walaupun terhadap Yahudi sekalipun, kalau mereka benar dan tidak salah, akan dilindungi dan dibela Umar.
Akhlaq seperti inilah yang diajarkan Rosululloh S.A.W yang kemudian diikuti oleh sabat Nabi, termasuk Umar bin Khatab.
Dengan ahlaq yang mulia tersebut itulah kemudian islam dikenal sebagai agama rahmat untuk seluruh alam, sehingga banyak orang-orang yahudi masuk islam.
Berkut ini kisah Umar bin Khatab yang justru membela orang Yahudi yang miskin dan siap memerangi Gubernur yang beragama Islam sekalipun.
--
Kisah ini diambil dari buku 30 kisah teladan yang ditulis K.H Abdurrahman Arroisi. Buku ini berusia cukup lama yang dicetak sampai sembilan kali (tahun 1986-1994).
Sejak diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi gubernur Mesir, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh.
Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
Yahudi itu menggelengkan kepalanya,
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata.
Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya.
Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
Singkat cerita, si Yahudi tersebut akhirnya sampai di Madinah dan bertemu Umar bin Khatab.
Sungguh si Yahudi tersebut tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.
Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk, sehingga dengan lancar, Yahudi tersebut dapat menyampaikan keperluannya, dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Mendengar kisah Yahudi tersebut, Umar bin Khattab yang dikenal sangat keras ini mendadak merah padam mukanya.
Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut.
Apakah ia salah dengar?
Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan,
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh?
Hanya sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang.
Apakah Khalifah Umar tidak waras?
Maka, walaupun sambil kecewa dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk.
Sesampainya di Mesir, tulang tersebut kemudian diberikan kepada Amr bin Ash dan mengatakan jika tulang tersebut diberikan oleh Umar bin Khattab.
Begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat.
Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah yahudi tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
Yahudi tersebut semakin heran karena setelah menerima tulang pemberian Umar bin Khattab, tiba-tiba saja Amr bin Ash begitu ketakutan sampai-sampai langsung memerintahkan untuk menghentikan pembangunan masjid dan menyuruh dibangun kembali rumah yahudi tersebut.
Kemudian dengan lembut Amr bin Ash bertanya kepada yahudi dengan nada santun dan lembut, tidak seperti saat dahulu akan menggusur rumah yahudi tersebut.
Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata,
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan dan santun kepada yahudi tersebut,
Amr bin Ash kemudian menjelaskan arti dan maksud dari pemberian tulang yang diberikan Umar bin Khatab kepadanya,
Usai mendengarkan penjelasan Amr bin Ash, Yahudi itu menunduk dan terkagum-kagum dan juga terharu atas ajaran islam yang begitu menegakan keadilan untuk seluruh makhluk. Padahal dirinya adalah seorang Yahudi dan Amr bin Ash adalah Islam dan seorang Gubernur.
Namun dengan begitu adil dan bijak, Umar bin Khattab justru membelanya yang hanya seorang yahudi.
Yahudi tersebut benar-benar sangat kagum atas sikap khalifah yang tegas, dan kagum juga dengan sikap gubernur Amr bin Ash begitu patuh dengan atasannya Umar bin Khattab demi menegakan keadilan untuk siapapun yang teraniaya.
Yahudi tersebut kemudian juga baru faham, betapa hanya dari sepotong tulang, benda yang rendah itu bisa berubah menjadi putusan hukum yang sangat keramat dan langsung ditaati di tangan para penguasa yang beriman.
Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, dan melihat betapa baik dan mulyanya ajaran Islam, kemudian yahudi itu menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf kepada Amr bin Ash.
Setelah kejadian itu juga, yahudi tersebut langsung menyatakan masuk Islam.
Dari kisah ini kita melihat dan membuktikan, betapa islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan terhadap seluruh umat manusia, bahkan terhadap yahudi sekalipun.
Semoga dari kisah ini kita juga bisa mengambil inspirasi untuk selalu menyebarkan islam dengan akhlaq yang baik ke seluruh umat manusia, bahkan dengan mereka yang tak seagama sekalipun.
Wallohu'alam.....
Namun tahukah anda, sejak masuk islam kekerasan Umar, bukan untuk menindas yang lemah, melainkan untuk melindungi kaum yang lemah dan sangat keras dengan berbagai kejahatan dan kemungkaran.
Kali ini kami akan menyajikan kisah Umar bin Khatab yang dikenal sangat adil dan melindungi kaum tertindas, walaupun kaum yang tertindas itu merupakan seorang Yahudi.
Kisah ini juga akan menunjukan bukti, betapa agama islam sangat menghargai "KEADILAN dan KEBENARAN", walaupun terhadap Yahudi sekalipun, kalau mereka benar dan tidak salah, akan dilindungi dan dibela Umar.
Akhlaq seperti inilah yang diajarkan Rosululloh S.A.W yang kemudian diikuti oleh sabat Nabi, termasuk Umar bin Khatab.
Dengan ahlaq yang mulia tersebut itulah kemudian islam dikenal sebagai agama rahmat untuk seluruh alam, sehingga banyak orang-orang yahudi masuk islam.
Berkut ini kisah Umar bin Khatab yang justru membela orang Yahudi yang miskin dan siap memerangi Gubernur yang beragama Islam sekalipun.
--
Kisah ini diambil dari buku 30 kisah teladan yang ditulis K.H Abdurrahman Arroisi. Buku ini berusia cukup lama yang dicetak sampai sembilan kali (tahun 1986-1994).
Sejak diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi gubernur Mesir, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat gubuk reyot yang hampir roboh.
Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
�Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku hendak membangun masjid di atasnya.�
Yahudi itu menggelengkan kepalanya,
�Tidak akan saya jual, Tuan.�
�Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?�, tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.
�Tetap tidak akan saya jual� jawab si Yahudi.
�Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!� desak Gubernur.
Yahudi itu mempertegas jawabannya, �Tidak!.�
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata.
Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya.
Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
Singkat cerita, si Yahudi tersebut akhirnya sampai di Madinah dan bertemu Umar bin Khatab.
Sungguh si Yahudi tersebut tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.
�Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?�, tanya Khalifah Umar.
Walaupun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk, sehingga dengan lancar, Yahudi tersebut dapat menyampaikan keperluannya, dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Mendengar kisah Yahudi tersebut, Umar bin Khattab yang dikenal sangat keras ini mendadak merah padam mukanya.
Dengan murka Umar berkata, �Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan!.�
Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut.
Apakah ia salah dengar?
Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan,
�Tuan. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernur Amr bin Ash, katakan padanya jika tulang ini dari Umar bin Khattab!.�
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh?
Hanya sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang.
Apakah Khalifah Umar tidak waras?
�Maaf, Tuan Khalifah.� ucapnya tidak puas, �Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya?�
Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, �Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.�
Maka, walaupun sambil kecewa dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk.
Sesampainya di Mesir, tulang tersebut kemudian diberikan kepada Amr bin Ash dan mengatakan jika tulang tersebut diberikan oleh Umar bin Khattab.
Begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat.
Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah yahudi tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
Yahudi tersebut semakin heran karena setelah menerima tulang pemberian Umar bin Khattab, tiba-tiba saja Amr bin Ash begitu ketakutan sampai-sampai langsung memerintahkan untuk menghentikan pembangunan masjid dan menyuruh dibangun kembali rumah yahudi tersebut.
Kemudian dengan lembut Amr bin Ash bertanya kepada yahudi dengan nada santun dan lembut, tidak seperti saat dahulu akan menggusur rumah yahudi tersebut.
�Ada perlu apalagi, Tuan yahudi?� tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat.
Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata,
�Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Saya masih heran dengan kejadian ini, kenapa anda tiba-tiba menggagalkan pembangunan masjid dan ingin membangun kembali rumah saya setelah menerima tulang dari Umar bin Khattab?.�
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan dan santun kepada yahudi tersebut,
�Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.�
�Maksudnya?� tanya si kakek makin keheranan.
Amr bin Ash kemudian menjelaskan arti dan maksud dari pemberian tulang yang diberikan Umar bin Khatab kepadanya,
�Tulang itu berisi ancaman Khalifah Umar kepada saya, seolah-olah Umar bin Khattab ingin memperingatkan kepada saya begini, wahai Amr bin Ash!, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk seperti tulang yang kau pegang ini. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, maka saya, Umar bin Khatab akan siap meluruskan dengan pedangku!"
Usai mendengarkan penjelasan Amr bin Ash, Yahudi itu menunduk dan terkagum-kagum dan juga terharu atas ajaran islam yang begitu menegakan keadilan untuk seluruh makhluk. Padahal dirinya adalah seorang Yahudi dan Amr bin Ash adalah Islam dan seorang Gubernur.
Namun dengan begitu adil dan bijak, Umar bin Khattab justru membelanya yang hanya seorang yahudi.
Yahudi tersebut benar-benar sangat kagum atas sikap khalifah yang tegas, dan kagum juga dengan sikap gubernur Amr bin Ash begitu patuh dengan atasannya Umar bin Khattab demi menegakan keadilan untuk siapapun yang teraniaya.
Yahudi tersebut kemudian juga baru faham, betapa hanya dari sepotong tulang, benda yang rendah itu bisa berubah menjadi putusan hukum yang sangat keramat dan langsung ditaati di tangan para penguasa yang beriman.
Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, dan melihat betapa baik dan mulyanya ajaran Islam, kemudian yahudi itu menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf kepada Amr bin Ash.
Setelah kejadian itu juga, yahudi tersebut langsung menyatakan masuk Islam.
#VIDEO
Dari kisah ini kita melihat dan membuktikan, betapa islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan terhadap seluruh umat manusia, bahkan terhadap yahudi sekalipun.
Semoga dari kisah ini kita juga bisa mengambil inspirasi untuk selalu menyebarkan islam dengan akhlaq yang baik ke seluruh umat manusia, bahkan dengan mereka yang tak seagama sekalipun.
Wallohu'alam.....