Lima bulan lalu aku berusaha menghadap pengujiku yang satu ini, sebut saja namanya pak Nas. Bukan hal mudah bertemu dosen yang satu ini, karena nomor handphone yang aku dapatkan tak pernah diangkat setiap kali aku telepon, juga tak pernah terjawab setiap aku SMS. Aku sempat ragu apakah ini benar nomor beliau, dan setelah aku konfirmasi ke kantor memang itu nomor beliau.
Gagal bertemu dengan memanfaatkan teknologi, aku memilih cara manual pada minggu berikutnya. Aku cari saja jadwal kuliah yang beliau ajarkan, dan kutemukan dua hari jam mengajar beliau di kampus. Dua hari itu aku menunggu di depan ruang kuliahnya, tapi tidak ada kuliah beliau seperti di jadwal itu. Siang hari setelah jadwal berikutnya juga sama, tidak ada kuliah beliau hari itu. Aku tanya ke staf kantor, apakah beliau mengajar hari ini. "Mestinya iya, tapi kadang jadwalnya diubah dengan kesepakatan mahasiswa" Jawabnya. "Terus kapan dan di mana aku dapat bertemu beliau?" Tanyaku, tapi mereka hanya menggeleng saja, dan akupun memutar otak untuk mencari cara bertemu.
Minggu berikutnya aku tanya teman-temanku yang mengajar di kampus itu, tetapi semuanya angkat tangan untuk berurusan dengan orang satu itu. Informasi yang kudapat tentang dosen satu ini bahkan kurang mengenakkan, "Kenapa kamu berurusan dengan itu. Dia orang sulit" Begitu teman-temanku menyebutnya.
Apapun dia aku tak peduli, sebab yang jelas aku memang harus konsultasi dengannya. Dua minggu ini aku memang belum beruntung, dan harus pulang untuk kembali lagi minggu depan, tapi ada satu poin yang kurasa membantu. Salah seorang sahabatku menjadi pimpinan fakultasnya. Aku sempatkan mampir ke kanto, tapi dia sedang ada kegiatan, sehingga aku memilih pulang dulu.
Saat perjalanan pulang aku coba telepon sahabatku itu, tetapi tak terangkat. Akhirnya aku kirim SMS. "Apa kabar pak Dekan. Tadi aku mampi ke kantor, tapi antum kelihatan sibuk. Semoga sukses saja" bunyi SMS-ku.
Di pejalanan pulang, tiba-tiba dia menjawab SMS dariku, dan seketika aku menelponnya. Setelah ngobrol saja sini sambil nyetir kendaraan, aku tanya soal dosen yang satu itu. "Kalau soal itu tanya aku kan beres? Beliau di kampus hari Selasa dan Rabo"
Bener, minggu berikutnya aku berusaha datang pagi-pagi ke fakultas itu. Sekitar setengah tiga sore aku melihat dia mengajar dan aku menunggunya di depan kelas. Saat ada kesempatan, aku langsung masuk menghadap. "Baik. Saya baca dulu. Itu namanya bekerja" Begitu jawabnya. Setelah empat minggu berusaha, minggu ini aku pulang dengan perasaan lega. Aku berharap minggu depan ada kemajuan.
Minggu berikutnya aku menunggunya di depan kelas. Setelah beberapa saat menunggu, aku melihat dia lewat dan langsung kusalami. "Belum. Belum selesai saya baca. Masih ada beberapa naskah lain yang harus saya koreksi" Jawabnya dengan nada datar.
"Tapi saudara harusnya kan ujian ulang, karena sudah terlalu lama, kan?" Begitu tanyanya mengagetkanku.
"Iya, prof. Saya diberi dispensasi oleh kampus" Jawabku.
"Oke. Nanti saya pelajari dulu" Jawabnya. Akupun pulang dengan perasaan kurang nyaman. Sikapnya memberiku kesan beliau tak berkenan dengan kehadiranku hari ini. Sepertinya aku terlalu cepat datang, padahal beliau butuh waktu lebih lama.
Minggu berikutnya aku tetap saja datang ke ruang kuliahnya, tapi kali ini beliau tidak ditempat. Akupun kembali pulang dan datang lagi minggu berikutnya, tetapi kembali tak berhasil bertemu. Baru minggu berikutnya lagi aku berhasil bertemu. "Belum. Baru punya siapa itu yang selesai" Jawabnya dengan wajah dingin, dan akupun kembali pulang dengan tangan hampa.