Pekerjaan-pekerjaan rumah adalah pekerjaan kecil yang penting namun sering dianggap sebagai pekerjaan kaum wanita.
Ketika kita melihat suami mengerjakan pekerjaan rumah, pandangan orang akan berbeda-beda.
Sebagian memandang positif dan melihat sebagai seorang suami yang menyayangi istri dan tak segan membantu istri.
Namun, ada juga yang memandang negatif dan mengatakan mungkin saja ia suami takut istri sehingga mau saja disuruh-suruh istrinya.
Ketika kemudian disebutkan bahwa Rasulullah adalah seorang suami yang ringan tangan dalam membantu istrinya, kemudia para istri kemudian berlomba menyampaikan pada suami.
Tak salah memang Rasulullah adalah seorang pemimpin, qawam, kepala negara, panglima perang, seorang Nabi tetapi ia masih mau membantu pekerjaan rumah.
Hal ini tentu beliau lakukan dengan maksud memberikan teladan bagi umatnya.
Aisyah mengatakan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sibuk membantu istrinya dan jika tiba waktu salat maka ia pun pergi menunaikannya.”
Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam dua bab di dalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya.
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu di rumah?”,
Aisyah menjawab, “Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.”
Dalam Syama’il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, “Dan memerah susu kambingnya…”
Ibnu Hajar menerangkan faidah hadis ini dengan mengatakan, “Hadis ini menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan meninggalkan kesombongan dan hendaklah seorang suami membantu istrinya.”
Terkadang suami merasa karena ia adalah seorang pemimpin keluarga, karena ia adalah pencari nafkah, karena ia adalah laki-laki, maka tak pantas baginya untuk melakukan pekerjaan rumah.
Ada pula suami yang merasa harus selalu dilayani oleh istri dan semua harus disiapkan oleh istrinya, sehingga baginya membantu pekerjaan rumah bukan menjadi urusannya.
Inilah teladan yang ingin diberikan Rasulullah. Bahwa membantu pekerjaan rumah istri bukanlah sesuatu yang akan menurunkan wibawa dan derajat sebagai pemimpin keluarga.
Ada kalanya seorang istri perlu dibantu dalam pekerjaan rumahnya, atau setidaknya seorang suami dapat menyiapkan keperluannya sendiri saat istri tidak bisa.
Suami yang membantu pekerjaan rumah istrinya menunjukkan bahwa ia adalah suami yang tawadhu atau rendah hati.
Ia dapat berlapang dada dan membantu pekerjaan istrinya dan sangat memahami kondisi dan keadaan istri dan rumah tangganya.