PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikat. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, di jalur pendidikan formal, informal, atau nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap uapaya peningktan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah merencanakan, mengolah dan melakukan evaluasi pembelajaran. Untuk menguasai kompetensi tersebut, seorang guru senantiasa berlatih untuk meningkatkan kemmpuan mengajarnya yang dilakukan secara terus-menerus melalui pendidikan lanjutan, pelatihan berkal, atau pengembangan keterampilan lainya.
Peningkatan kemampuan mengajar seorang guru merupakan proses pembentukan ketempilan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional. Proses pembentukan keterampilan mengajar seorang guru haruslah dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga akan terbentuk seorang guru yang profesional.[1]
Seorang guru yang prefesional harus memiliki pengetahuan mengenai karateristik peserta didik, serta mampu menguasai psikologi perkembangan anak. Dengan mampu mengenali dan mengidenfikasi berbagai macam kemampuan, bakat, minat peserta didik, gaya dan tipe pembelajaran anak maka potensi peserta didik akan mampu dikembangkan secara maksimal
PEMBAHASAN
A. Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Pendidikan Agama Islam
Sudah menajadi pemahaman umum bahwa rendahnya kualitas pendidikan menjadi persoalan serius bagi dunia pendidikan bangsa ini. Sebab disadari atau tidak, kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas bangsa. Bangsa yang maju selalu didukung oleh kualitas pendidikan yang baik, sementara bangsa yang terbelakang bisa dipastikan tidak memiliki kualitas pendidikan yang memadai. Karena itulah, pembaruan pendidikan mutlak dilakukan demi peningkatan kualitas pendidikan yang pada gilirannya dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. [2]
Menurut Nurhadi (2004:1) salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam konteks pembaharuan pendidikan adalah pembaharuan kurikulum dan kulitas pembelajaran. Pembaharuan efektif model pembelajaran dimasukan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari strategi dan model pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
Pada saat ini kota masih sering melihat model pembelajaran yang konvensional berlangsung di berbagai lembaga pendidikan, tak terkecuali pada lembaga pendidikan agama. Sebuah sistem dimana guru selalu ditetapkan sebagai ilmu pihak �serba bisa� yang bertugas mentransfer sebagai ilmu pengetahuan dan memberikan doktrik-doktrik. Sementara itu, siswa sebagai obyek penerima ilmu pengetahuan harus melaksanakan segala doktrik yang disampaikan oleh guru tanpa boleh membantah. Ketika mengajar di delas, sang guru seolah-olah mempunyai hak penuh unuk berbicara, sementara siswa harus diam mendengarkan dengan baik tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemmpuan kritisnya. Lebih ironis lagi, muncul kesan bahwa kegiatan mengajar hanya sebagai alat untuk mengejar target kurikulum, sehingga apakah siswa mampu menguasai materi atau tidak, hal itu adalah persoalan lain.
Fenomena pembelajaran di atas, tidak bisa dipungkiri terjadi juga pada pembelajaran PAI (Pendididkana Agama Islam) di sekolah-sekolah umum yang nota bene para gurunya adalah lulusan dari PTAI. Menurut Pusat Kurikulum Depdiknas (2004:6) kenyataan ini disebabkan oleh lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan motode yang lebih variatif. Namun, terkadang untuk menutupi kekurangan itu sabagian guru mencari alasan �pembelajaran�. Bagaimana bisa mengembangkan pembelajaran dengan baik kalau waktu yang disediakan untuk mata pelajran (MP) PAI hanya dua jam, sementara muatan materi dan aspek yang diamanatkan oleh kurikulum begitu padatnya. [3]
Terlepas dari itu semua,kita tetap yakini bahwa keberadaan MP PAI disekolah adalah sangat penting, sebab MP PAI ini dapat memberikan nilai spiritual terhadap perilaku anak didik.mengingat begitu signifikannya MP PAI ini sudah seharusnya mendapatkan penanganan yang serius dengan model dan pendekatan yang khusus.penanganan yang demikian diharapkan dapat membantu meningkatkan ketertarikan peserta didik pada MP PAI.namun,apabila tidak disikapi dengan benar,maka MP PAI hanya akan berfungsi sebaga�aksesori keagamaan�dalam dunia dunia pendidikan,tetapi tidak memberikan kontribusi positif dalam konteks perbaikan perilaku dan karakter bangsa.sehingga tidak mengherakan jika seorang murid yang mendapatkan nilai 10 pada MP PAI belum tentu dia memiliki sikap dan perilaku beragama sebaik angka yang didapatkannya.(nasih,2006:153)
Melihat kenyataan diatas perlu kiranya kita mencari solusi pemecahan yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.pertanyaannya sekarang adalah sistem pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan altenatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita?strategi dan metode pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan alternatif terbaik untuk anak didk kita.
Pertanyaan ini peting untuk dikemukakan,mengngat PP np.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan telah mengamatkan bahwa standar proses pembelajaran pada satu pendidikan seharusnya bisa diselenggarakan secara interaksi,isnpiratif,menyenangkan ,menantang,memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi para prakarsa,kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
1. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teachingmerupakan model pembelajaran yang dapat membagi unsur-unsur pembelajaran menjadi dua kategori seperti kontesk dan isi. Kategori konteks meliputi: suasana hati, suasana lingkungan belajar yang diatur dengan baik, dasar pembelajaran, presentasi dan fasilitas. Sedangkan kategori isi meliputi: pengajar akan menemukan keterampilan bagaimana mengatakan kurikulum, pengajar akan menemukan straregi belajar yang diperlukan oleh peserta didik, yaitu: baik presentasi, fasilitas yang dinamis, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.[4]
Quantum Teachingberasal dari konsep persamaan fisika quantum yang dikembangkan oleh Isac Newton. Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.[5]
Quantum Teachingadalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Pembelajaran kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning dari Lozanov, MultipleIntelegences dari Garder, Neuro-Linguistic Programming dari Grinder dan Bandler, Experiental Learning dari Hahn, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dari Johnson dan Johnson, dan Element of Effective Instruction dari Hanter.[6]
Menurut Bobbi De Porter yang mengembangkan Quantum Learning menjadi Quantum Teaching, yaitu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi didalam kelas.[7]
Quantum Teachingjuga merupakan konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Quantum Teachingmenjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur yang mendorong efektifitas pembelajaran, seperti semanagat serta antusias peserta didik dalam belajar.
2. Prinsif-prinsif Quantum Teaching
Dalam metode Quntum Teaching terutama Quantum Teaching ada istilah penting yang sekaligus menjadi asas utamanya �bawahlah dunia mereka ke dunia kita, dan Anatarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka�. Asas utama ini memberi pengertian bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh pesrta didik. Menyatukan pikiran dan persaan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan peserta didik yang akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membwa apa yang mereka pelajari ke daalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi baru.[8]
Asas ini sekaligus menunjukan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya sebuah proses transfer of knowledge dari guru kepada siswa. Tetapi lebih jauh dari itu, bagaimana menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa dan membangun hubungan emosinal yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan Quantum Teaching diharapkan dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quntum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat untuk terus belajar dengan semangat tinggi. Bagi Quantum Teachig keberadaan bahasa tubuh sangat ditekankan dalam pembelajaran. Seperti tersenyum, bahu tegak, kepala keatas mengadakan kontak mata dengan siswa dan lain-lain. Guru tidak diajurkan duduk manis di atas kursi dengan raut muka tanpa ekpresi dan terpaku dengan buku teks yang dimilikinya, sehingga mengesankan suasana belajar yang menakutkan. Guru harus berusaha membuat suasana kelas menyenangkan dengan menunjukan ekspresi wajah yang ceria, dan memberikan respon positif terhadap setiap hal posistif yang dilakukaan siswa. Selain itu, guru juga dianjurkan selalu berusaha menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berani mengungkapkan apa yang dalam fikirannya.
Menurut Bobbi DePorter (1999:7) ada lima prinsip utama dalam penerapan meotode Qunatum Teaching yaitu : 1) Segalanya Berbicara, 2) Segalanya Bertujuan, 3) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama, 4) Akui setiap Usaha, dan 5) Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan.
3. Model Quantum Teaching
Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran yang berprinsif memperdayakan potensi siswa dan kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR. [9]
a. Model AMBAK
AMBAK adalah suatu model penting Quantum Teaching. AMBAK merupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU. Model ini menekankan bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang besar. Berikut ini adalah prinsip AMBAK, yaitu:
1. A: Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran akhlak tentang akhlak terpuji misalnya, guru hanya menetapkan prinsip dari akhlak-akhlak tersebut, anak didiklah yang menetukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya.
2. M: Manfaat
Kadang guru lupa menjelaskan manfaat yang diperoleh dari pelajaran yang diajarkan. Contohnya, pelajaran tentang berwudhu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudhu, tetapi lebih dari itu guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari berwudhu. Pada intinya seorang guru harus mendorong siswa agar bisa memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
3. BAK: Bagiku
Manfaat apa yang akan saya dapat dikemudian hari dengan mempelajri ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayamum. Mungkin bagi sisiwa yang berada di daerah dengan pasokan air melimpah, mungkin pelajaran tayamum tidak banyak memberikan arti. Dalam kondisi ini, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayamum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Model AMBAK dia atas, meneunjukkan kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang penuh makna dan sistem nilai yang bisa dikotribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
1. Tumbuhkan
Mengapa � Pertanyaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Pertanyaan akan memanfaatkan pengalman mereka, mencari tanggapan �Yes !� dan mendapatkan komitmen untuk menjelajah. [10]
Pertanyaan Tuntunan � Hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka setujui? Apakah manfaat bagi mereka (AMBAK)? Pada apa mereka berkomitmen?
Strategi �Sertakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.
Mengatur hasil akan menciptakan AMBAK dan minat belajar. Guru dapat melakukan ini dengan mudah seraya menyertakan siswa sekaligus tetap menyimpan kejutan dalam belajar! Mana yang Anda rasa atau yang guru rasa lebih menarik?
a. Hari ini kita akan membaca cerita pendek mengenai seorang siswa di Jepang, atau
b. Di akhir jam pelajaran ini, kita akan berkelana ke suatu tempat, bertemu dengan pemuda berani yang mirip dengan kalian, dan belajar menghadapi tantangan dan rasa takut.
Kami harap anda memih �b�. apakah �b� mengatakan hal yang sama dengan �a� ? Ya, tetapi dengan cara yang berbeda. Kalimat �b� menggunakan cara yang menyertakan, mengundang, memikat, dan mengikat!
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah Manfaat BAgiKU (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana rileks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran anda. Yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa bukan suatu keharusan.
2. Alami
Mengapa� Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat anda dapat mengejar �melalui pintu belakang� untuk memanfaatkan pengetahuan dan keinginan mereka. [11]
Pertanyaan Tuntunan � Cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi �kebutuhan untuk mengetahui� mereka?
Strategi �Gunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi. Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Unsur alami akan mendorong hasrat alami otak untuk �menjelajah�. Pengalaman membuat guru dapat mengajar dengan memanfaatkan rasa penasaran (keingin tahuan) siswa dan pengetahuan mereka. Saat kita mempelajari sesuatu dalam kehidupan nyata, kita sudah memiliki pengalaman awal, suatu kaitan dengan konsepnya. Lalu saat pengalaman terbentang, kita menemukan informasi yang membantu kita untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi kongkret contohnya, Menyentuh kompor dan menjerit, �Aww!� menciptakan suatu momen pelajaran. Kita baru mengerti itu panas dan jangan disentuh. Abstrak menjadi kongkret.
3. Namai
Mengapa - Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, ketrampilan berfikir dan strategi belajar. [12]
Pertanyaan Tuntunan � �perbedaan� apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus anda tambahkan pada pengertian mereka? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang berguna untuk mereka ketahui atau gunakan?
Strategi �Gunakan susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis, poster di dinding.
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Lalu ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan di dinding kamar tidur.
Di sinilah kita bisa memuaskan otak siswa kita. Membuat mereka penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainnya. Pada dasarnya meskipun mereka sudah mendapatkan informasi, tetapi harus mendapatkan pengalaman untuk benar-benar membuat pengetahuan tersebut berarti.
4. Demonstrasikan
Mengapa � Menberi siswa peluang untuk menerjemah dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam kehidupan mereka. [13]
Pertanyaan Tuntunan � Dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru ini? kriteria apa yang dapat anda dan siswa kembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan mereka?
Strategi �Sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik.
Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya, karena siswa akan mampu pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup. Seperti halnya saat kita pertama kali melakukan sesuatu, misalnya mengendarai sepeda. Anda mencoba dan jatuh (pengalaman). Anda coba lagi, berhenti, bertanya dan barang kali mendapat latihan dari kakak, teman atau yang lainnya (penamaan). Kemudian Anda mengaitkan pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Pada saat pengalaman dan penamaan jadi satu, belajar meledak dan �Asyiiiik!�. Maka selama Anda berada di jalan semuanya terpatri dalam otot Anda. Begitu juga dengan siswa Anda membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat kaitan, berlatih, dan menunjukkan apa yang mereka ketehui.
5. Ulangi
Mengapa - Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa �Aku tahu bahwa aku tahu ini!� jadi, pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan, drama, dan sebagainya). [14]
Pertanyaan Tuntunan � Cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?
Strategi �Daftar isian aku tahu bahwa aku tahu; kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain(lain kelas, kelompok umur yang berbeda, menirukan orang-orang terkenal seperti guru, ahli, ataupun tokoh); menggemakan (anda menyebutkan sesuatu seperti �pendahukuan, isi, kesimpulan� dan para siswa mengulangnya serentak); pengulangan trio (dalam kelompok terdiri tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari bersama); tepuk Yes! (ulurkan satu tangan, letakkan pelajaran pada tangan tersebut, lalu tepuk sambil berkata, �Yes!� dengan keras).
Pengulangan ini sangatlah penting bagi siswa, hal ini dikarenakan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar bisa dan sudah menguasai pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Seperti halnya naik sepeda setelah Anda mampu menyeimbangkan diri di atas sepeda itu dan mampu memperagakannya kepada semua tetangga bahwa Anda mampu melakukannya. Anda harus memastikan bahwa Anda sudah menguasainnya dan seolah-olah jika Anda berhenti sejenak Anda akan takut kehilangannya. Akan tetapi latihan akan membuatnya permanen. Artinya dengan pengulangan itu akan membuat siswa mengingat secara kuat apa yang guru sampaikan. Pengulangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama dan tentunya sesuai dengan modalitas para siswa.
6. Rayakan
Mengapa - Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Pertanyaan tuntunan- Untuk pelajaran ini cara apa yang sesuai untuk merayakan? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?
Strategi �pujian,beryanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas.
Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan suatu tugas atau kewajiban dengan baik. Seperti halnya seorang muslim setelah berpuasa selama satu bulan penuh mereka merayakan hari kemenangan yaitu iedul fitri dengan penuh suka cita dan kegembiraan. Maka sudah selayaknya jika siswa sudah menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat tepuk tangan dan bernyanyi bersama. Ketika Anda menguasai keseimbangan di atas sepeda, semua orang bersorak dan Anda tahu Anda sudah bisa. Maka hal itu memperkuat kesuksesan Anda dan memberi Anda motivasi untuk mencoba berulang-ulang. Begitu halnya dengan siswa. Siswa akan membutuhkan penguatan yang sama dalam belajar. Jadi rayakanlah!.[15]
Kerangka belajar di atas memang sangatlah mudah difahami akan tetapi perlu kesungguhan untuk menjalankan semua rancangan di atas. Sebenarnya model TANDUR ini secara tidak langsung sudah kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari akan tetapi sering kali kita tidak menyadarinya. Kunci dari rancangan belajar TANDUR ini adalah terletak pada kekereatifan guru tersebut, karena bersifat interaktif jadi guru harus pandai-pandai berinteraktif dengan siswa.
4. Kelebihan dan kekurangan Quantum Teaching
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan dan lelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai berikut.[16]
Kelebihan Pembelajaran Quantum Teaching:
a. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.
b. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
c. Adanya kerjasama. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahamisiswa.
d. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
e. Belajar terasa menyenangkan.
f. Ketenangan psikologi dan motivasi dari dalam.
g. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
H. Menumbuhkan idialisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.
Kekurangan Pembelajan Quantum Teaching:
a. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
b. Memerlukan fasilitas yang memadai.
c. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
d. Kurang dapat mengontrol siswa
5. Langkah-Langkah Aplikasi Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa secara umum tujuan pengajaran PAI adalah (1) Penanaman nilai ajaran Islam, (2) Pengembanan keiimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta ahklak mulia, (3) Penyesuaiain mental, (4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, (5) Penecegahan, (6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagaman, (7) Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agam ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Dilihat dari komposisinya, bisa di katakana bahwa ranah afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran PAI adalah lebih dominan di banding aspek kognitifnya. Sehingga dari sini pengajaran PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaanmodeldan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotor, namun tetap tidak mengabaiakn aspek kognitif. Jika demikian halnya, ,maka penggunaan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat di aplikasikan. Berikut ini langkah � langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching.[17]
a. Menata nilai
Dalam berbagai hal niat mempunyai peran yang sangat penting, termasuk di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru wajib memiliki niat yang kuat, atau kepercayaan akan kemampuan dan motivasi siswa.Hal ini sejalan dengan sabda Rasul, innama al a�malu bi an niyat. Guru harus mempunyai niat kuat bahwa yang dilakukan hanya semata untuk beribadah kepada Allah; untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melalui pendidikan; dan menyiapakan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang di harapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam segala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini dalam positive thinking bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan motivasi untuk belajar. Dengan modal keyakinan ini,guru dapat berusaha sedapat mungkin memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
b. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan.[18]
Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa pengelolaan kelas adalah suatu rangkaian tingkah laku yang kompleks, di mana guru dituntut untuk mengembangkan dan mengatur kondisi kelas yang akan memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar yang efisien.[19]
Indikator pengelolaan kelas yang baik adalah:
1. Kondisi belajar yang optimal, kondisi belajar yang nyaman, tenang, sejuk sehingga sangat membantu perhatian siswa pada materi pelajaran.
2. Menunjukkan sikap tanggap, perilaku positif atau negatif yang muncul di dalam kelas harus dapat disikapi dengan baik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Memusatkan perhatian kelompok, dengan memusatkan perhatian secara terus menerus terhadap siswa dapat mempertahankan konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
4. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, sering terjadi kurangnya konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
5. Memberikan teguran dan penguatan, teguran diberikan untuk mengarahkan tingkah laku siswa, dan penguat perlu dilakukan untuk memberikan respon positif dengan cara memberikan pujian dan penghargaan.[20]
Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Kemudian dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan berbagai kegiatan yang tidak ada hubungnya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya pengelolaan kelas maka dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran, meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, menerapkan pendekatan belajar yang kreatif, variatif, dan inovatif.
Maka dapat disimpulkan pengelilaan kelas adalah Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
c. Proses pembelajaran
Sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa pembelajaran denfan Quantum Teaching mensyaratkan bahwa pembelajaran harus berjalan menyenangkan dan bervariasi. Terkait dengan hal ini, guru harus pandai-pandai membuat suasana yang nyaman bagi seluruh siswa.
Hal-hal berikut ini bisa diperhatiakan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
1. Keteladanan
Keteladan adalah hal yang paliang penting berikutnya yang dianjurkan dalam pembelajran Quantun Teaching. Dalam dunia pendididkan ada dua prinsip yang sangat popular; � At thariqatu ahammu minal maddah, wal mu�allimu ahammu min ath thariqah� { metode pembelajaran lenih penting dari materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri }. Dari prinsip ini tergambar bahwa guru mempunyai peran yang vital dan sentral, lebih-lebih untuk pengajaran agama dan moral.[21]
Sering kita dengar pepatah;; �Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata�,�Kami butuh bukti bukan janji�, �Praktikan apa yang kau katakana�. Demikian juga ayat Al-Qur�An, �Kabarunmaqtan inda Allahi an taquluu ma la taf�alun� {Adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatutetapi engkau tidak melakukannya}.
Pepatah dan ayat di atas, semuanya mengacu pada keteladanan (modeling). Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat ada kontradiksi antarperkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru nisa membrikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam siri siswa kesebangunan dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan yang mereka lihat.
Ketika guru mengajarkan pentingnya sholat jamaah misalnya, maka sedapat mungkin guru harus memberi contoh kepada siswa keseriusan dalam mengikuti sholat jamaah, sekaligus motivasi mereka untuk bisa melakukan sholat berjamaah. Contoh lain, ketika mengajarkan pentingnya kedisiplinan, guru juga semestinya menunjukkan kepada murid kedisiplinan dalam masuk dan keluar kelas.
2. Metode Pengajaran
Guru sedapat mungkin harus menggunakan metode yang beragam dan mengkombinasikannya dengan baik.Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain peran harus digunakn secara profesional dan sesuai dengan tujuan yang dirangcang. Intinya guru sangat dirahapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan menonton. [22]
3. Metode Pembelajaran
Media memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini karena media dalam pembelajran digunakan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan penggunaan media diharapkan proses dan hasil pembelajaran menjadi lebih menarik, pembelajar lebih efektif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran yang hanya dilaksanakan dengan teknik ceramah, menumbuhkan sikap positif terhadap bahan dan proses pembelajaran. Dengan meningkatkan proses pembelajaran ini diharapkan mutu hasil pembelajran pun akan meningkat.( Priyatni, 2000:2)[23]
4. Apresiasi
Sering di antara kita bersikap �dingin� tanpa apresiasi sedikitpun terhadap hasil yang dilakukan oleh siswa. Padahal, layaknya manusia pada umumnya siswa juga menyukai akan pengkuan dan penghargaan dari orang lain. Oleh karena itu adalah hal yang sangat positif juka seorang guru tidak pelit memberikan apresiasi kepada siswa. Apresiasi bisa berupa jadiah barang, kata-kata pujian, motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya. [24]
6. Menyusun Kesimpulan
Banyak kejadian, dimana guru menutup pembelajaran hanya dengan pernyataan �anak-anak pelajran sudah berakhir� atau pernyataan lain seirama dengannya. Menutup pelajran bukan sekedar, dan memang bukan hanya mengeluarkan pertanyaan bahwa pelajaran sudah berakhir. Di samping itu, banyak juga fakta bahwa guru menutup pelajran dengan menarik kesimpulan atau membuat rangkuman dari pelajaran yang sudah diajarkan, dan ditambah dengan memberikan tugas rumah atau pekerjaan rumah.
Dalam pembelajaran Quantum Teaching, nenutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah dimana pihak guru yang berperan menyimpulkan materi yang disampaikan, sementara siswa dibiarkan diam mendengarkan kesimpulan sang guru. Oleh karena itu, siswa harus didorong bisa menemukan kesimpulan dari pelajaran yang disampaikan. Selanjutnya, guru tinggal memberikan penguatan atas kesimpulan yang dibuat siswa. Karena pelajaran PAI adalah pelajaran yang banyak berorientasi kepada pengembangan moralitas dan akhlakul karimah, maka dalam konteks penemuan kesimpulan, seorang gur PAI bis ajuga mengjak siswa melakukan muhasabah pada akhir materi dengan cara mengaitkan materi dengan contoh kasus yang sedang berkembang.
Akhirnya, mengingat begitu signifikannya MP PAI ini, maka sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak, khususya para guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan pengajaran PAI. Para guru PAI tidak boleh puas dengan apa dicapai selama ini , mereka harus selalu mengasah kemampuan mengajarnya dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran modern. Salah satunya adalah dengan metode Quantum Teaching. [25]
KESIMPULAN
Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat membagi unsur-unsur pembelajaran menjadi dua kategori seperti kontesk dan isi. Dengan Quantum Teaching diharapkan dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat untuk terus belajar dengan semangat tinggi. Bagi Quantum Teachig keberadaan bahasa tubuh sangat ditekankan dalam pembelajaran.
Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran yang berprinsif memperdayakan potensi siswa dan kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR. AMBAK adalah suatu model penting Quantum Teaching. AMBAKmerupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU
PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaanmodeldan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotor, namun tetap tidak mengabaiakn aspek kognitif. Jika demikian halnya, ,maka penggunaan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat di aplikasikan. Berikut ini langkah � langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching.
Sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa pembelajaran denfan Quantum Teaching mensyaratkan bahwa pembelajaran harus berjalan menyenangkan dan bervariasi. Dalam pembelajaran Quantum Teaching, nenutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah dimana pihak guru yang beroeran menyimpulkan materi yang disampaikan, sementara siswa dibiarkan diam mendengarkan kesimpulan sang guru. Oleh karena itu, siswa harus didorong bisa menemukan kesimpulan dari pelajaran yang disampaikan.
Hasil Observasi Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Pendidikan Agama Islam
SD Negeri 241 Palembang terletak Perunas Talang Kelapa Blok VI RT. 17 Kecamatan Alang-alang Lebar Palembang.
Di lingkungan sekolah SD Negeri 141 Palembang besih rapi suasana di lapangan sekolah hijau. Guru dan muridnya bersahaja. Ketika ada murid yang berkelahi guru langsung menuju tempat kejadian dan memisahkan mereka dan tidak lupa mendamaikan, suasana pada saat itu pada jam istirahat setelah senam pagi yang diadakan oleh pihak sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang saya amati di kelas V suasana kelas sangat kondusif, siswa-siswinya belajar mengulang pelajaranyang minggu lalu yan telah diberikan oleh Ibu Indrawati, S.Pd.I
Ketika saya mengajukan pertanyaan �apakah ibu pernah mengunakan metode Qantum Teaching dalam mengajar di kelas seperti AMBAK / TANDUR�. Dan Ia mengatakn tidak pernah tapi ai sering menggunakan metode dalam mengajar metode dikusi, tanya jawab dan ceramah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdayama, Jumanta.2017 Metodelogi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Harto, Kasinyo. 2012. Active Learning dalam Pembelajaran Agama Islam: Rekonstruksi Model Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Ary Yanuarti, A. Sobandi, �Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching�, Jurnal Pendidikan Perkantoran, Vol. 1, No. 1, 1 Agustus 2016.
Bobbi De Porter, et.al, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifah PT Mizan Pustaka, 2010)
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan,(Bandung: KAIFA, 1999)
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009)
Djiwandono, Wuryani, Esti Sri.2006 Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Diana Widyarani, Skripsi: Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Pembelajaran Efektif Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren Tanggerang Selatan, (Jakarta: Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
https://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-quantum-teaching/
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Life skill Teknologi Informatika IGM
Palembang
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/semester : VII/Gazal
Materi Pokok : Jujur, Amanah, Istiqamah
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan ( 3 JP)
A. Kompetensi Inti (KI)
a. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
c. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
d. Mencoba, mengolah, menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KD | Kompetensi Dasar | Indikator Pencapaian Kompetensi |
1.5 2.5 3.5 4.5 | Meyakini bahwa jujur, amanah, dan istiqamah adalah perintah agama. Menunjukkan perilaku jujur, amanah, dan istiqamah dalam kehidupan sehari-hari. Memahami makna perilaku jujur, amanah, dan istiqamah. Menyajikan makna perilaku jujur, amanah, dan istiqamah. | 1.5.1 Menjelaskan definisi jujur ( Pertemuan 5) 1.5.2 Menunjukan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari (Pertemuan 5) 1.5.3 Menjelaskan definisi amanah (Pertemuan 5) 1.5.4 Menjelaskan definisi istiqamah (Petemuan 5) 1.5.5 Menunjukan sikap isiqamah dalam kehidupan sehari-hari (Pertemuan 5) 1.5.6 Mengembangkan nilai-nilai karakter budaya bangsa, seperti jujur dan religius (Pertemuan 5) |
Fokus pengembangan karakter: Jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerjasama,menghargai Orang lain
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
1. Menjelaskan definisi jujur
2. menunjukan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan nilai-nilai karakter budaya bangsa, seperti jujur dan religius
dalam pemebelajaran iman kepada Allah Swr. Dan malaikat-malaikat-Nya.
4. Menjelaskan definisi amanah
5. Menunjukan perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari
6. Menunjukan sikap isiqamah dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Pembelajaran
Materi Reguler
1. Pengertian Kejujuran
Jujur adalah sifat penting dalam isalm. Secara sederhana jujur adalah berkata terus dan tidak bohong. Menurut kamus Besar bahasa Indonesia, jujur memiliki tiga arti sebagai berikut.
a. lurus hati; tidak bohong (misalnya dengan berkata apa adanya)
b. tidak curang (misalnya dalam permaian, dengan mengikuti aturan yang berlaku):
c. Tulus; ikhas.
2. Tingkatan jujur
Menururt Iman Al-Gazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, kejujuran terbagi ke dalam lima tingkatan, sebagai berikut.
a. Jujur dalam ucapan
b. Jujur dalam niat
c. Jujur dalam Kemauan
d. Jujur dalam menepati janji
e. Jujur dalam pebuatan
3. Pengertian Amanah
Definisi amanah tersebut tersebut memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan dua pihak , yaiyu si pemberi amanah dan si penerima amanah.
5. Pengertian Istiqamah
Istiqamah menurut bahasa artinya al-i�tidal (lurur). Artinya lurus dan mapan. Adapun menurut Syariat, istiqamah adalah meniti jalan lururs yaitu agama yang lurus (isalam) tanpa menyimpan ke kanan atau ke kiri.
Materi Pengayaan
Diberikan materi yang yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari materi regular. Materi Remidial materi regular yang belum dikuasai peserta didik.
E. Metode Pembelajaran
Pertemuan 1 (3JP) : Model Pembelajaran Quantum Teaching
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
I. Alat dan Media Pembelajaran
1. Power point, Gambar
2. White board dan spidol
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
4. Lembar Penilaian
II. SUMBER BELAJAR
Mohammad Fauzi A.G.2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi SMP/MTs Kelas VII.Bandung: Grafindo Media Pratama
III. Kegiatan Pembalajaran
1. Pertemuan Ke-1
Kegiatan | Diskripsikegiatan | Alokasi Waktu |
Pendahuluan | Peserta didik memberi salam, berdoa, dan melaporkan siswa yang tidak ikut belajar pada jam pealajaran sekarang; memperhatikan kebersihan kelas. | 10 menit |
Inti | � Langkah Pertama Stimulation (stimulasi/Pemberian rangsangan) Peserta didik mengamati tayangan slide power point mengenai Gambar contoh orang berprilaku jujur, amanah, dan istiqamah di kehidupan sehari-hari Langkah Kedua Problem Statemen (pertanyaan atau identifikasi masalah 1. Secara berkelompok Peserta didik berdiskusi hal-hal yang ingin di ketahui dari hasil pengamatan untuk menyelesaikan LKS, yakni : a. Jelaskan tentang pengertian jujur, amanah, dan istiqamah ? b. hubungankan antara jujur, amanah dan istiqamah? � Langkah ketiga Pengorganisasian siswa dalam kelompok melalui kegiatan : Data Collection (Pengumpulan data), Data Processing(Pengolahan Data) 1. Melalui kelompok Peserta didik menganalisis, menalar, mencoba dan menyimpulkan sendiri dari lembar kerja siswa untuk memahami dan menyajikan data melalui berbagai sumber � Langkah ke empat Membimbing Peserta didik dalam kelompok belajar dan melakukan evaluasi 1. Guru berkeliling kelompok untuk mengamati kegiatan belajar kelompok peserta didik dan memberikan bimbingan kepada setiap kelompok 2. Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya untuk menjelaskan data dari hasil yang mereka peroleh . � Langkah Ke Lima Pembuktian peserta didik melakukan pemeriksaan untuk membuktikan hasil kebenaran yang telah mereka temukan � Langkah ke Enam menarik kesimpulan dari pertanyaan 1. Peserta didik memberikan tanggapan berupa pertanyaan atau saran dankritk kepada kelompok yang sedang presentasi didepan kelas Peserta didik memberikan pengharagaan dengan cara bertepuk tangan untuk kelompok | 90 menit |
Penutup | a. Peserta didik menyimpulkan topik pembelajaran hari ini b. Peserta didik mengerjakan soal dari buku PAI Kelas VII c. Peserta didik berdoa untuk menutup pembelajaran Bersikap Religius dan bertanggung jawab | 15 menit |
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pemebelajaran meliput sikap: disiplin, rasa percaya diri, berprilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
F. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1. Teknik Penilaian
Kompensi Sikap Spiritual
No | Teknik | Bentuk Instrumentasi | Contoh butir Intrumen | Waktu Pelakanaan | Keterangan |
Observasi | Lembar Onservasi (Jurnal) | Telampir | Saat pembelajaran Berlangsung | Penilaian dan untuk penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning) |
Kompetensi Sikap Sosial
No | Teknik | Bentuk Instrumentasi | Contoh butir Intrumen | Waktu Pelakanaan | Keterangan |
1 | Observasi | Lembar Onservasi (Jurnal) | Telampir | Saat pembelajaran berlangsung | Penilaian dan untuk penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning) |
Kompetensi Pengetahuan
No | Teknik | Bentuk Instrumen | Contoh butir Intrumen | Waktu Pelakanaan | Keterangan |
1 | Observasi | Lembar Onservasi (Jurnal) | Telampir | Saat pembelajaran berlangsung | Penilaian pembelajaran (assessment for and of learning) |
2 | Tes Tulis | Uraian | Terlampir | Setelah pembelajaran pada KD. 1.8 selasai dan terjadwal pada program Semester | Penilaian dan penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning) |
No | Teknik | Bentuk Instrumen | Contoh butir Intrumen | Waktu Pelakanaan | Keterangan |
1 | Pratek | ||||
2 | Penugasan | ||||
3 | Portopolia | Memberikan Deskipsi pada penilaian penugasan (assessment for and of learning) | Saat | Data untuk penulisan |
G: Pembelajaran Remidial
Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remidial dalam bentuk
a. Bimbingan perorangan jika peserta didik yang belum tuntas antara = 20%
b. Belajar kelompok jika peserta didik yang belum tuntas antara 20% dan 50; dan
c. Pembelajaran ulang jika peserta didik yang belum tuntas = 50%
H. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan yatu mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesukitan yang lebih tinggi.
Mengetahui, Palembang, Desember 2018
Dosen Pengampu Guru Mata Pelajaran PAI
Syarnubi, M.Pd.I Indah Winsara
NIP. NIM. 165210011
[1] Jumanta, Hamdayama, Metodelogi Pengajaran,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), hlm. 1.
[2] Kasinyo Harto, Active Learning dalam Pembelajaran Agama Islam: Rekonstruksi Model Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah, (Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2012), hlm. 170.
[4] Ary Yanuarti, A. Sobandi, �Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching�, Jurnal Pendidikan Perkantoran, Vol. 1, No. 1, 1 Agustus 2016, hlm. 13-14.
[6] Bobbi De Porter, et.al, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifah PT Mizan Pustaka, 2010), hlm. 32.
[10] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[11] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[12] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[13] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[14] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[15] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[16]https://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-quantum-teaching/ di akses pada 19 Desember 2018
[18]Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hal. 338.
[19]Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: PT. Gramedia, 2006), hal. 262.
[20]Diana Widyarani, Skripsi: Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Pembelajaran Efektif Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren Tanggerang Selatan, (Jakarta: Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hal. 12-13