Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Disarikan oleh : Sri Hendrawati
Model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbut.
Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Dave Ebbutt
PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Prosedur Pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
PERENCANAAN -----> TINDAKAN ------> OBSERVASI --------> MEREFLEKSI
Menurut Taggart (dalam Aqib, 2007) prosedur pelaksanaan PTK mencakup:
a. Penetapan fokus masalah penelitian;
d. Pengamatan Interpretasi (observasi)
Disarikan oleh : Sri Hendrawati
Model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbut.
Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Model John Elliot
Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Dave Ebbutt
PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Prosedur Pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
PERENCANAAN -----> TINDAKAN ------> OBSERVASI --------> MEREFLEKSI
Menurut Taggart (dalam Aqib, 2007) prosedur pelaksanaan PTK mencakup:
a. Penetapan fokus masalah penelitian;
- Merasakan adanya masalah
- Analisis masalah
- Perumusan masalah
- Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksif terhadap pembelajaran. Pada prinsipnya, tindakan yang direncanakan hendaknya (1) membantu diri sendiri dalam (a) mengatasi kendala pembelajaran, (b) bertindak secara lebih tepat-guna dalam kelas, dan (c) meningkatkan keberhasilan pembelajaran; dan (2) membantu diri sendiri menyadari potensi baru untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Untuk itu dalam perencanaan tindakan ini yang harus dilakukan oleh guru yang akan melakukan PTK adalah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, (3) menyiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, (4)
melaksanakan simulasi tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.
- Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi, dan interrelasi, serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
d. Pengamatan Interpretasi (observasi)
- Pengamatan (observasi) tindakan di kelas berfungsi untuk mendokumentasikanpengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan di kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya. Dalam PTK yang diamati adalah (a) proses
tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persoalan lain yang timbul.
- Melalui refleksi seorang pelaksana PTK berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran di kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Sehubungan dengan itu, maka pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.