Cooperative Learning

Model Pembelajaran Jigsaw
Disarikan oleh: Sri Hendrawaati



Pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1989), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14). Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Menurut Asbullah (2005) pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama-sama saling membantu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena terkadang siswa lebih faham akan hal yang disampaikan oleh temannya daripada gurunya karena bahasa yang digunakan oleh siswa terkadang lebih mudah difahami oleh siswa lain daripada bahasa yang digunakan oleh gurunya, juga kalau dengan teman sebayanya tidak malu atau segan untuk bertanya, sehingga terjadi pembelajaran yang komunikatif.
Cooperative learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar kebanyakan melibatkan empat orang anak dalam satu kelompok dan mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1995).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model ini sangat berbeda dengan model pembelajaran yang lain, karena selain dapat dikembangkan untuk mencapai hasil belajar siswa, juga dapat mengembangkan interaksi sosial siswa, selain itu juga dapat menjadi motivasi belajar siswa, yang awalnya siswa malas belajar dengan menggunakan model ini siswa jadi semangat untuk belajar karena siswa yang bersangkutan akan malu dengan temannya kalau tidak paham dengan konsep materi tersebut atau tidak mampu menjelaskanya.

Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995).
Tujuan pembelajaran kooperatif yang tidak kalah penting adalah mengajarkan kepada siswa didik kerjasama dan kolaboratif antara teman sebaya dan guru. Hal ini sangat penting yang harus dimiliki semua orang dalam kehidupannya, karena manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian di dunia, dan selalu bergantung dan kerjasama dengan orang lain.
Tujuan pembelajaran kooperatif yang lain adalah dalam pelaksanaan pembelajaran suatu mata pelajaran bisa terdapat tiga (3) tujuan yang berbeda yaitu: daalam pembelajaran tertentu siswa sebagai kelompok untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi, dan setelah itu siswa akan mendapat kesempatan bekerjasama untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis atau ujian bekerja dalam suatu format belajar kelompok. (trimanunipa@yahoo.com).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim dalam akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-tipe-jigsaw/), yaitu: (1) Hasil belajar akademik, Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. (2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. (3) Pengembangan keterampilan social, Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.


 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kooperatif pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal. Teori medan, misalnya yang bersumber dari aliran psikologi kognitif atau psikologi Gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian-bagian yang terpisah. Setiap tingkah laku, menurut teori medan bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan itu muncul karena adanya kebutuhan (need). Manakala kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi, maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang. Untuk itulah setiap individu akan berusaha memenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang menjadikan terbentuknya kelompok atau kooperatif.
Dalam pengembangan model pengajaran, teori konstruktivisme paling banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pembelajanan kooperatif (cooperative learning). Model cooperative learning yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sehingga diharapkan siswa yang sedang belajar adalah siswa yang sengaja dan sadar sedang mengembangkan konsep yang sudah dimilikinya, dengan kata lain siswa telah memiliki modal pemahaman sebagai konsep awal atau prasyarat pengetahuan.
Vygotsky berpendapat : �Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah perkembangan terdekat atau zone of proximal development�.
Model cooperatve learning dikembangkan berdasarkan teori konstruktivis. dimana Vygotsky mengemukakan teori tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Menurut para ahli pendidikan juga mengatakan pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif,

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif terdiri dari:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: (a) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. (b) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. (c) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. (d) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama meraka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.

                Tabel Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2

Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5

Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya
Fase 6

Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompo

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Aspek
Tipe STAD
Tipe Jigsaw
Investigasi Kelompok
Pendekatan Struktural
Tujuan kognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerjasama dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok an keterampilan sosial
Struktur tim
Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok �asal� dan kelompok �ahli�
Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anngota.
Pemilihan topik pelajaran
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya siswa
Biasanya guru
Tugas Utama
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam kelompok� ahli� kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
Penilaian
Tes mingguan
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
Bervariasi
Pengakuan
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Publikasi lain
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Bervariasi


Model Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 � 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, �siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan� (Lie, A., 2007).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :
Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
  1. 1.    Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 � 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal
  2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
  3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
  4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
  5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
  6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Prosedur penilaian untuk type jigsaw adalah: 1) Menetapkan Skor dasar: Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu;  2) Menghitung Skor kuis terkini: Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.dan 3) Menghitung Skor perkembangan: Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini.

-       Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar: 0 poin
-       10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar: 10 poin
-       Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar: 20 poin
-       Lebih dari 10 poin di atas skor dasar: 30 poin
-       Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar: 30 poin

Besar poin yang disumbangkan tiap siswa pada tim nya ditentukan oleh berapa skor siswa melampaui rata-rata skor kuis siswa itu sendiri yang terdahulu. Siswa dengan pekerjaan sempurna mendapatkan poin perkembangan maksimum, tanpa memperhatikan poin dasar mereka. Setiap sistem perkembangan individu memberikan siswa kesempatan baik untuk menyumbang poin maksimum pada tim jika siswa melakukan yang terbaik, sehingga menunjukkan peningkatan perkembangan substansial.
Tidak ada sistem penskoran khusus untuk pendekatan kelompok. Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk evaluasi, dan siswa hendaknya diberi penghargaan untuk dua-duanya, sumbangan individual dan hasil kolektif. 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan      : SDN Cihaurgeulis 2
Mata Pelajaran            : IPA
Kelas/Semester            : V (Lima) / 1 (Satu)
Waktu                         : 6 x 35 menit


A. Standar Kompetensi
1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
B. Kompetensi Dasar
1.3  Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.
C. Indikator
1.    Menyebutkan alat pencernaan pada manusia (Remembering)
2.    Menjelaskan fungsi alat-alat pencernaan pada manusia (Understanding)
3.    Menjelaskan proses mencerna makanan di dalam tubuh, misalnya :
menjelaskan proses mencerna roti. (Applying)
4.    Menganalisa hal-hal yang dapat merusak alat pencernaan. (Analizing)
5.    Menyimpulkan cara memelihara kesehatan alat pencernaan (Evaluating)
6.    Membuat poster misalnya mengenai alat pencernaan dan fungsinya; alat pencernaan dan penyakit yang menyerangnya, atau menu makanan seimbang (4 sehat 5 sempurna) untuk seminggu  (Creating)

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat :
  •  Menyebutkan alat pencernaan pada manusia baik secara lisan maupun tulisan. (Remembering)
  • Menjelaskan fungsi alat-alat pencernaan pada manusia baik secara lisan maupun tertulis (Understanding)
  • Menjelaskan proses mencerna makanan di dalam tubuh, misalnya :menjelaskan proses mencerna roti, secara tertulis dalam bentuk essay. (Applying)
  • Menganalisa hal-hal yang dapat merusak alat pencernaan berdasarkan bahan bacaan yang diberikan. (Analizing)
  • Menyimpulkan cara memelihara kesehatan alat pencernaan berdasarkan bahan bacaan yang diberikan (Evaluating)
  • Membuat poster misalnya mengenai alat pencernaan dan fungsinya; alat pencernaan dan penyakit yang menyerangnya, atau menu makanan seimbang (4 sehat 5 sempurna) untuk seminggu  (Creating)
E. Materi Pokok
1.    Alat pencernaan dan fungsinya.
2.    Proses pencernaan dalam tubuh manusia
3.    Makanan dan pengaruhnya bagi kesehatan alat pencernaan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan
4.    Penyakit yang menyerang alat pencernaan makanan
5.    Menu makanan seimbang (4 sehat 5 sempurna)

F. Metode
  • Ceramah
  • Cooperative Learning tipe Jigsaw
  • Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1.    Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
a)   Kegiatan awal
Motivasi
      Guru membawa makanan ke dalam kelas (buah,kue,dll) dan menunjukkannya kepada peserta didik. Guru meminta peserta didik mengamati lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik mengenai makanan tersebut terutama bentuknya, warna, tekstur, bau dan rasa. Ketika bertanya mengenai rasa makanan tersebut, maka guru meminta peserta didik mengunyahnya. Pertanyaan guru berlanjut kepada bentuk makanan tersebut setelah dikunyah apakah ada perbedaan dengan sebelumnya atau tidak. G: Mengapa berubah? S: Karena dikunyah. G: Oleh apa ? S: Oleh gigi. G: dengan demikian gigi berfungsi untuk ? S: Mengunyah atau menghancurkan makanan.
      Pertanyaan berlanjut pada peserta didik. G: Setelah makanan itu kita makan, apakah makanan itu keluar kembali ketika kita buang air besar ? Mengapa? S: Karena dicerna usus. G; Melewati bagian tubuh mana sajakah makanan yang kita makan ?

b)   Kegiatan inti
      Pertanyaan yang merupakan rumusan masalah yang dikemukakan pada peserta didik atau dirumuskan bersama adalah :
�Bagian tubuh apa sajakah yang merupakan alat pencernaan pada manusia ?�
      Guru mengarahkan peserta didik untuk merumuskan hipotesis sementara mengenai bagian-bagian tubuh apa saja yang merupakan alat pencernaan. Jawaban peserta didik ditampung dan dituliskan di papan tulis oleh peserta didik yang memberikan jawabannya secara bergantian.
      Guru membantu peserta didik merencanakan sebuah kegiatan untuk menjawab pertanyaan tadi serta menemukan kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan tadi.
      Peserta didik membaca bahan ajar yang telah disusun oleh guru untuk menentukan alat pencernaan pada manusia beserta susunannya, kemudian mencocokkan dengan kartu bergambar dari karton berukuran 20x30cm yang ada dipapan tulis yang ditempelkan oleh guru secara acak.
      Setelah peserta didik menemukan urutannya, maka guru mengarahkan peserta didik dan menuliskan urutannya (sebanyak 11 bagian) di papan tulis.
      Guru membagikan kartu bergambar alat pencernaan kepada peserta didik masing-masing satu buah. Kemudian guru menjelaskan aturan permainan yang akan dilakukan.
      Penjelasan guru : Permainan ini akan dilakukan di luar kelas. Setiap anak memperoleh satu buah kartu bergambar yang berbeda. Jika peluit ditiup maka anak-anak harus segera menyusun serangkaian alat pencernaan dari 11 orang anak dengan kartu gambar yang berbeda mulai dari mulut, kerongkongan,lambung, pankreas, hati, usus 12jari, usus halus, usus besar, umbai cacing, dan anus. Anak-anak yang telah berhasil membentuk kelompok alat pencernaan harus segera berbaris berdasarkan urutan alat pencernaan, kemudian anak yang mempunyai gambar mulut segera melaporkan kepada guru bahwa kelompoknya telah lengkap. Guru akan membunyikan peluit jika waktunya telah habis. Anak-anak yang kalah cepat tentunya tidak akan mempunyai kelompok dan anak-anak yang berhasil akan mendapatkan penghargaan berupa point atau tanda bintang.
      Setelah permainan selesai, anak-anak masuk kembali kedalam kelas dengan tertib, kemudian menyanyikan lagu seperti �Pramuka siapa yang punya� namun syairnya diganti dengan susunan alat pencernaan.
Mulut kerongkongan dan lambung   (Pramuka siapa yang punya)
Usus halus dan usus besar                (Pramuka siapa ynag punya)
Poros anus itu semua                        (Pramuka siapa yang punya)
Susunan alat pencernaan                  (Yang punya kita semua)
      Peserta didik membuat kesimpulan mengenai susunan alat pencernaan.

c)    Kegiatan akhir
      Sebagai penutup guru mengilustrasikan aplikasi konsep pencernaan dengan mengaitkannya pada beberapa makanan daerah yang dikenal anak-anak. Misalnya serabi, cireng, cimol, batagor, es doger dan lain-lain. Guru juga memberikan penjelasan mengenai pentingnya rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menyempurnakan nikmatnya dengan memberikan usus yang panjang (8-9meter) pada manusia, sehingga manusia bisa banyak makan makanan yang disukainya.
      Guru memberikan tugas pada peserta didik untuk mencari informasi dengan cara mewawancarai saudara, teman, atau tetangganya mengenai penyakit yang berhubungan dengan alat pencernaan yang pernah dideritanya kemudian peserta didik menuliskannya dalam bentuk laporan tertulis.

2.    Pertemuan kedua (Jigsaw) dengan alokasi waktu 4 x 35 menit
Kegiatan awal

a)    Fase 1
      Guru mengkondisikan peserta didik dalam situasi belajar yang kondusif dilanjutkan dengan memotivasi peserta didik dengan sejumlah pertanyaan mengenai materi pencernaaan yang telah dipelajari sebelumnya.

b)    Fase 2
      Peserta didik diberi bahan ajar mengenai sistem pencernaan pada manusia yang disusun sendiri oleh guru. Kemudian peserta didik membaca dalam hati bahan ajar tersebut.
      Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai isi bahan ajar tersebut jika terdapat hal-hal yang tidak dipahai oleh peserta didik.

Kegiatan Inti

c)    Fase 3
      Peserta didik diorganisir oleh guru menjadi beberapa kelompok belajar kemudian peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
      Peserta didik dibentuk menjadi kelompok asalyang masing-masing kelompok terdiri dari minimal 5 orang peserta didik. Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari salah satu materi mengenai sistem pencernaan dan diberi tugas untuk berdiskusi dengan sesama teman dari kelompok lain yang mendapatkan tugas yang sama. Kelompok diskusi sesama ini disebut kelompok ahli.
      Kelompok ahli terdiri dari seorang utusan yang berasal dari tiap-tiap kelompok asal. Kelompok ahli terdiri atas 5 kelompok yaitu kelompok ; 1) mulut, 2) lambung dan pankreas, 3) usus, 4) kelompok proses pencernaan, dan 5) penyakit alat pencernaan.
      Setelah peserta didik memahami mekanisme dan cara kerja diskusi yang akan dilakukan, maka guru memberikan tugas dalam bentuk LKS kepada setiap kelompok asal untuk didiskusikan dan peserta didik melakukan pembagian tugas berdasarkan minat peserta didik untuk dikirim kedalam kelompok ahli. Setelah kesepakatan dibuat dan peserta didik mengetahui tugasnya masing-masing maka guru membimbing peserta didik untuk melakukan transisi kelompoknya dan berdiskusi dengan teman dari kelompok lain dalam pada kelompok ahli.
d)    Fase 4
      Peserta didik dibimbing oleh guru untuk melakukan serangkaian kegiatan dan diskusi dalam kelompok ahli untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi pelajaran.
      Kelompok mulut mendiskusikan proses pencernaan mekanik dan kimiawi yang terjadi di dalam rongga mulut.
      Kelompok lambung dan pankreas mendiskusikan proses pencernaaan secara kimiawi yang berlangsung disitu lengkap dengan enzim pencernaan yang dibutuhkannya.
      Kelompok usus mendiskusikan peran usus halus dan usus besar dalam proses pencernaan makanan.
      Kelompok proses pencernaan mendiskusikan bagaimana proses pencernaan beberapa bahan makanan terjadi didalam tubuh berdasarkan bahan bacaan yang tersedia.
      Kelompok penyakit alat pencernaan mendiskusikan macam-macam penyakit yang menyerang alat pencernaan berdasarkan sumber bacaan yang diberikan.
      Selama kegiatan diskusi dalam kelompok ahli guru berperan sebagai fasilitator, dan guru hendaknya menghindari memberikan bantuan secara dini sehingga peserta didik termotivasi untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang terdapat dalam kelompok ahli sebagai bahan diskusinya.
      Setelah kegiatan diskusi dalam kelompok ahli selesai, maka peserta didik dibimbing oleh guru untuk kembali ke dalam kelompok asal untuk kemudian mengerjakan LKS kelompok yang diberikan.
      Peserta didik berdiskusi dalam kelompok asal untuk menjawab permasalahan dalam LKS. Setiap anggota kelompok asal memiliki keahlian untuk membantu temannya memahami materi sistem pencernaan. Peserta didik yang ahli pada materi mulut akan membantu menjawab soal-soal berkaitan dengan materi mulut, demikian pula dengan peserta didik yang memepelajari materi lainnya.
e)    Fase 5
      Setelah peserta didik selesai mengerjakan LKS maka setiap kelompok  diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di muka kelas secara bergantian.
      Peserta didik yang tidak melakukan presentasi berhak untuk bertanya kepada kelompok yang melakukan presentasi sehingga terjalin diskusi dua arah dengan bimbingan guru.
      Selama presentasi guru melakukan penilaian kepada setiap kelompok.
f)     Fase 6
      Kelompok yang mendapatkan point tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru berupa pemberian tanda bintang atau hadiah.

Kegiatan Akhir
      Peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dibantu oleh guru. Peserta didik membuat catatan ringkas yang merupakan pokok-pokok materi pembelajaran untuk membantu memeperkuat konsep yang telah dibuat.
      Guru menugaskan kepada peserta didik untuk membuat laporan secara tertulis mengenai materi sistem pencernaan. Tugas ini dikerjakan dirumah selama 3 hari. Peserta didik diberi kebebasan untuk menuangkan laporannya, dalam bentuk kliping, poster atau peta konsep.
      Sebagai tindak lanjut, maka guru akan memajang karya/laporan peserta didik yang terbaik di mading sekolah.

H. Sumber dan Media Pembelajaran
      Buku sumber (buku IPA kelas V) yang relevan t
      Bahan ajar IPA tentang pencernaan yang dikembangkan sendiri
      Torso tubuh manusia khusus organ pencernaan
      Kartu gambar organ pencernaan
      Poster tentang pencernaan
      Lagu anak-anak dengan lirik yang diubah sesuai kebutuhan mengenai sistem pencernaan manusia

I. Penilaian
      Bentuk penilaian       : Penilaian proses,  tes tertulis dan tes lisan, penilaian proyek
      Alat penilaian            : Soal-soal tes tertulis, lembar pengamatan



               Mengetahui,                                                              Bandung, April  2011
Kepala SDN Cihaurgeulis II                                                                Guru IPA


Dedi Effendi, S.Pd                                                           Sri Hendrawati, M.Pd
Nip.195207051975021004                                                   Nip.197702101999032004